Page 122 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 122

Sedangkan terkait dengan waktu, Keech (1980) menjelaskan relasi antara
           waktu pelaksanaan pemilu dan kebijakan ekonomi yang berlaku saat itu.
           Keech sampai pada kesimpulan bahwa mereka yang memandang pemilu
           sebagai  instrumen  yang  positif  untuk  mengontrol  perilaku  politisi
           cenderung memilih pelaksanaan pemilu yang berkala (teratur). Sebaliknya,
           mereka  yang  memandang  pemilu  sebagai  hantu  yang  dibutuhkan
           cenderung  memilih  pelaksanaan  pemilu  yang  tidak  berkala  (perlunya
           pemilu antar waktu).


           Masih terkait dengan dimensi waktu, beberapa studi menunjukkan bahwa
           Hari-H  pemungutan  suara berpengaruh secara  tidak  langsung  pada  hasil
           pemilu.  Sebagai  contoh,  jika  pemilu  legislatif  nasional  diselenggarakan
           bersamaan  waktunya  dengan  pemilu  legislatif  daerah,  maka  perolehan
           suara  dan  kursi pemilu di  tingkat nasional  DPR  cenderung  sama dengan
           perolehan suara dan kursi pemilu di tingkat daerah. Contoh yang lain, jika
           pemilu eksekutif dibarengkan dengan pemilu legislatif, maka keterpilihan
           pejabat  eksekutif  cenderung  akan  mempengaruhi  keterpilihan  pejabat
           legislatif. Dengan kata lain, jika calon presiden/wakil presiden atau kepala
           daerah/wakil  kepala  daerah  menang  dalam  pilpres  atau  pilkada,  maka
           Parpol-Parpol  pendukung  dari  pasangan  calon  tersebut  cenderung  akan
           mendapat banyak dukungan di pemilu legislatif. Inilah yang disebut dengan
           efek  ekor  jas  (coattail  effect).  Namun  demikian,  efek  ekor  jas  ini  tidak
           sepenuhnya  bekerja  dalam  konteks  penyelenggaraan  pemilu  serentak
           antara pilpres dan pileg di Pemilu 2019. Faktor perilaku pemilih ternyata
           juga sangat mempengaruhi hasil dari pemilu.

           Dalam  konteks  penyelenggaraan  pemilu  serentak,  MK  sebenarnya  telah
           melakukan  perekayasaan  kepemiluan.    52   Dari  sisi  waktu,  putusan  MK
           mendesain penyelenggaraan pemilu serentak bahwa pelaksanaan pilpres
           akan bersamaan waktunya dengan penyelenggaraan pemilu legislatif. Hal
           ini  dimaksudkan  untuk  setidaknya  tiga  tujuan,  yaitu  mendorong
           terbentuknya pemerintahan presidensial yang efektif, koalisi yang bersifat
           strategis atau ideologis, dan relasi lembaga eksekutif dan lembaga legislatif
           yang solid. Salah satu hal strategis yang sebenarnya ingin disasar adalah
           penyederhanaan  sistem  kepartaian  sebagai  prakondisi  menuju  ketiga
           tujuan  tersebut.  Namun,  hasil  Pemilu  2019  ternyata  tidak  menunjukkan


        52  Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013.

    106     BAB 3 – SISTEM PEMILU
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127