Page 101 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 101
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
26-07-1916). Dalam manifest (daftar penumpang) kapal tercatat
nama Achmad Mochtar dengan istri.
Kota Medan, kota terbesar di Sumatra kala itu, ternyata
bukan terminal akhir tujuan penugasan pertama dokter muda
kita ini. Ternyata kemudian, oleh Inspektur Kepala Dinas
Kesehatan di Sumatra, Mochtar ditempatkan di Panyabungan,
dekat Padang Sidempuan (Tapanuli). Memang, sebagai dokter
yang baru lulus, Mochtar wajib bertugas di lokasi yang
ditentukan oleh pemerintah. Ketentuan seperti itu, dan masih
dipakai hingga lama kemudian, merupakan persyaratan untuk
seorang dokter yang baru lulus. Menurut Baird & Marzuki
(2020:88), hingga 2007 dokter yang ingin mendapat izin
praktik di Indonesia wajib bertugas selama dua tahun dalam
sistem layanan pemerintah. Kewajiban ini terlepas dari tempat
ia belajar atau siapa yang membiayai pendidikannya, baik di
Indonesia maupun di luar negeri. Penempatan pertama ini
hampir selalu berarti lokasi yang jauh dan kekurangan dokter
karena terpencil, terbelakang, kurang fasilitas, dan (memiliki)
risiko penyakit menular endemik.
Terlepas dari sebagai kewajiban yang harus dijalani oleh
Achmad Mochtar, penempatannya di Penyabungan, daerah
pedalaman Sumatra Utara di Tapanuli, nampaknya adalah
atas permintaan Dokter W. Schüffner sendiri. Mungkin saja
Schüffner, dokter yang terkenal “gila kerja” dan menghabiskan
100 persen waktunya untuk penelitian penyakit-penyakit tropis,
seperti malaria, melihat potensi yang besar pada diri Mochtar.
Terbukti kemudian, penugasannya membantu mentornya itu
72