Page 104 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 104
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
Swellengrebel membuat terobosan dengan melakukan survei
mikroskopis longitudinal dalam studi epidemi malaria di wilayah
tersebut. Menurut Baird & Marzuki (2020:88), karya Schüffner
kemudian banyak dikutip dan dicetak ulang dalam bahasa
Inggris pada 1938. “Karya ini kini dianggap sebagai tulisan klasik
di bidang malariologi modern karena pengamatannya yang luar
biasa terhadap komposisi tahapan parasit dalam darah lintas
kelompok umur dan waktu”. Ditambahkan Baird & Marzuki
(ibid), pekerjaan di Mandailing mungkin juga merupakan awal
mula ditemukannya “Titik Schüffner”. “Siapapun yang terlatih
dengan diagnosis miskroskopis malaria sebagai bintik merah
terang pada sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium civax
mengenal “Titik Schüffner” ini.
Dalam rangka penelitian malariologi, tim Schüffner
tinggal di Mandailing hampir sepanjang (tahun) 1917 hingga
paruh pertama 1918 (Baird & Marzuki: 89). Periode ini
bersamaan dengan mulai bertugasnya Dokter Achmad Mochtar
di Penyabungan. Selain bertugas sebagai dokter untuk melayani
kesehatan masyarakat, Mochtar kemudian bergabung dengan
Tim Schüffner. Ia aktif melakukan penelitian mengenai berbagai
aspek penyakit malaria yang pada masa itu merupakan epidemi
di Mandailing dan sekitarnya hingga di Rao, Pasaman, dekat
kampung Mochtar sendiri. Berkat Mochtar termasuk dalam
tim tersebut, “pemimpin tim penelitian ini memiliki banyak
kesempatan mengamati Mochtar muda bekerja dan melihat
percik harapan kesuksesan dalam diri anak didik potensial ini”
(ibid).
75