Page 103 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 103
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
universitasnya meminta untuk diangkat dosen, tetapi Dr. W.
Schüffner justru lebih tertarik dengan tawaran perusahaan
perkebunan besar Senembah Mij untuk memimpin rumah
sakit di Tanjung Morawa, Deli. Dengan pengalaman praktis
sebagai asisten dua dokter terkenal di Jerman, Dr. W. Schüffner
mulai mempraktikkannya di Deli. Kasus penyakit malaria
menjadi awal perhatiannya karena banyak mengakibatkan
korban bagi karyawan perkebunan. Selain itu, ia kemudian juga
memperhatikan tifus, beri-beri, disentri, sifilis, cacing tambang
dan berbagai penyakit tropis lainnya. Berkat kerja Dr. Schüffner,
berhasil dicapai kondisi kesehatan yang normal di antara para
pekerja perkebunan di Deli. Di perusahaan tempat Dr. W.
Schüffner bekerja terdapat 7.000 karyawan Senembah Mij. Dari
tahun 1890 hingga 1896 angka kematian di perusahan adalah
74 per 1.000 yang idealnya adalah 8 per 1000. Dalam waktu lima
belas tahun Schüffner bertugas di sana, ia berhasil menurunkan
angka kematian menjadi sekitar 10 kematian per 1.000 akibat
penyakit-penyakit tropis tersebut. Berkat keberhasil itulah
Universiteit Amsterdam memberikan doktor honoris causa
kepada Schüffner (Het nieuws van den dag: kleine courant, 12-
12-1913).
Genap lima belas tahun mengabdi di Senembah Mij., Dr.
Schüffner diangkat menjadi Kepala Inspektur Dinas Kesehatan
di Sumatera berkedudukan di Medan. Setelah menjadi pegawai
pemerintah, Dr. Schüffner pun langsung tancap gas dengan
berbagai kegiatan penelitian untuk memerangi malaria di
Mandailing. Pada tahun 1917, Schüffner bersama N.H.
74