Page 119 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 119
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
dan keluarga meninggalkan Batavia menuju Negeri Belanda
dengan menumpang kapal Jan Pieterszoon Coon tujuan
Amsterdam pada tanggal 1 September 1923 (Bataviaasch
nieuwsblad, 30-08-1923). Dalam manifest tercatat atas nama Dr.
Achmad Mochtar, istri dan dua anak. Kapal tersebut tiba di
Genoa tanggal 25 September (Nieuwe Rotterdamsche Courant,
28-09-1923), dan lego jangkar di pelabuhan Rotterdam tanggal
3 Oktober (Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad,
01-10-1923). Sementara itu di Jakarta, dua bulan kemudian,
di kediaman Dr. Schüffner diadakan lelang (De Sumatra post,
11-12-1923). Kegiatan lelang ini seakan penanda bahwa Dr.
W. Schüffner tidak lama lagi akan berangkat ke Eropa dan
meninggalkan Indonesia untuk selamanya. 1
Achmad Mochtar tiba di Negeri Belanda sebagai bagian
dari gelombang besar kedua kedatangan kaum terpelajar
Indonesia yang ingin dan mendapat kesempatan melanjutkan
studi di negeri penjajah itu. Gelombang pertama sudah terjadi
sejak awal abad silam, dan berlanjut hingga menjelang Perang
Dunia I tahun 1914. Kaum terpelajar dari Hindia Belanda
yang datang pada gelombang pertama ini antara lain terdapat
nama-nama Soetan Casajangan, Abdul Rivai, Noto Suroto
dan saudaranya Notosewodjo, Baginda Djamaloedin Rasad
dan disusul adiknya Zainuddin Rasad, yang datang pada
dekade pertama abad ke-20. Selanjutnya diikuti rombongan
1 Akhir Matua Harahap, “ Sejarah Kota Padang (55): Achmad Mochtar Kelahiran
Bonjol ...” dalam http://poestahadepok.blogspot.com/2018/06/sejarah-kota-
padang-55-dr-achmad.html, diakses pada 1 Desember 2020 pkl. 18.50.
90