Page 215 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 215

Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi



                     tinggal mengumumkan bahwa ratusan romusha itu meninggal

                     karena suatu wabah, meningitis, TCD (typhus,  colera dan

                     disentri) atau keracunan makanan dan semacamnya. Lalu habis

                     perkara!
                             Tapi masalahnya adalah hasil pemeriksaan spesimen dari

                     rumah sakit yang sudah dilakukan oleh Jatman, kepala teknis

                     bakteriologi, bahwa tragedi itu terjadi karena vaksin tetanus,

                     dan yang membuat vaksin satu-satunya adalah Lembaga Pasteur
                     (masa  Jepang  namanya  diganti  jadi  Bo’eki  Kenkyujo)  yang

                     dioperasikan dan dikendalikan sepenuhnya oleh para perwira

                     kedokteran militer Jepang di Bandung. Dapat diperkirakan,

                     Jatman memerlukan waktu sekitar satu minggu untuk

                     menyelesaikan pemeriksaannya hingga membuat kesimpulan.
                     Setelah itu, hasil pemeriksaan dikirim oleh Direktur Lembaga

                     Eijkman, Prof. Dr. Mochtar, ke rumah sakit, sehingga penyebab

                     yang sebenarnya dari kematian 900 romusha tidak bisa lagi

                     ditutupi.  1
                             Ada usaha Jepang untuk membujuk atau bahkan menekan

                     Mochtar agar mengubah atau mencabut laporan ke rumah sakit

                     yang berasal dari hasil pemeriksaan Jatman  yang membuka

                     kedok dari kenyataan yang sebenarnya. Hal ini diketahui dari

                     kesaksian  Nani Kusumasudjana,  dan  beberapa  staf Lembaga
                     Eijkman masa itu, di kemudian hari. Dalam waktu dua minggu

                     setelah  “Tragedi  Klender”  beberapa  orang  dari  Kenpeitai




                     1  Lihat Baird & Marzuki, Eksperimen Keji Kedokteran Penjajahan Jepang, Tragedi
                         Lembaga Eijkman & dan Vaksin Maut Romusha 1944-1945, Jakarta: Komunitas
                         Bambu, 2020, hlm 159-164

                                                           186
   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220