Page 218 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 218

Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang



                     Belanda karena penderitaan akibat perang yang dialami banyak

                     penduduk negara yang telah diduduki Nazi Jerman. Baharsjah

                     pergi tanpa sempat dilepas oleh kedua orang tuanya, kecuali

                     hanya sebuah iklan duka cita yang dimuat koran Belanda 23
                     Februari 1944 setelah kematiannya.          3

                             Tapi begitulah. Tatkala Mochtar tengah menikmati makan

                     siang –makan siang terakhir di hadapan istrinya– serombongan

                     anggota Kenpetai (polisi militer Jepang) datang menjemputnya.
                     Selanjutnya Mochtar dibawa tanpa memberi tahu keluarganya

                     ke mana tujuannya. Juga tanpa memberi tahu kenapa ia harus

                     dibawa.

                             Pada hari yang sama, setelah menciduk Mochtar, Kenpetai

                     juga menangkap sejumlah sejawat dan staf Mochtar di Lembaga
                     Eijkman dan beberapa dokter sejawatnya  lagi dari Dinas

                     Kesehatan Jakarta serta rumah sakit Ika Daigaku. Penangkapan

                     tersebut  terus berlangsung  di hari-hari  berikutnya,  sehingga

                     sampai sebulan kemudian, paling tidak, ada 19 orang dokter dan
                     staf peneliti Lembaga Eijkman yang ditangkap dan dijebloskan

                     ke dalam “penjara keji” di markas Kenpeitai di gedung bekas

                     Recht  Hoogeschool (RHS) di Koningpleins (Jalan Merdeka

                     Barat sekarang, kini Kantor Kementerian Pertahanan RI).







                     3  Dalam berita keluarga koran Belanda  Algemeen  Handelsblad (23-02-1944)
                         disebutkan bahwa Baharsjah Mochtar kandidat dokter di Rijksuniversiteit
                         di Leiden, meninggal pada usia hampir 26 tahun. Yang berduka cita: Dr. A.
                         Mochtar dan Siti Hasnah. Semasa di Belanda, Baharsjah Mochtar tercatat sebagai
                         bendahara Clubhuis Indonesia di Leiden (Algemeen Handelsblad, 27-03-1941).
                         Lihat juga Poeze (2014), hlm. 341

                                                           189
   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223