Page 81 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 81
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Tubuh, Ilmu Faal, Ilmu Penyakit, Ilmu Bedah, dan lain-lain.
Tentu menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin anak-anak desa
biasa, bahkan ada yang bukan lulusan sekolah dasar, sanggup
mencernakan ini semua meskipun asas-asasnya saja. Tapi
kenyataannya, dua tahun kemudian, 11 orang dinyatakan lulus.
Dengan surat keputusan Gubernemen tanggal 5 Juni 1853 No.
10 mereka diberi gelar Dokter Jawa, tapi dipekerjakan sebagai
mantri cacar. 2
Setelah dua tahun, terhitung tanggal 5 Juni 1853, kegiatan
kursus juru kesehatan ditingkatkan statusnya menjadi Sekolah
Dokter Djawa dengan Surat Keputusan Gubernemen Nomor 10.
Lama masa pendidikan ditetapkan selama tiga tahun (ditambah
satu tahun lagi). Lulusannya berhak bergelar “Dokter Djawa”,
akan tetapi sebagian besar pekerjaan mereka setelah tamat tetap
sebagai mantri cacar.
Lima tahun sesudah pembukaannya, sekolah ini telah
menghasilkan 23 orang “Dokter Djawa”. Ada yang dipekerjakan
sebagai mantri-cacar dalam usaha pemberantasan wabah,
ada yang ditempatkan di rumah sakit, dan ada pula yang
diperbantukan pada dokter militer merangkap dokter sipil
di berbagai tempat di Pulau Jawa. Namanya “Sekolah Dokter
Djawa”, pada lima tahun pertama seluruh siswanya adalah
orang Jawa. Menurut catatan Hanafiah (1976:4), baru tahun
2 Prof. M.A. Hanafiah SM, “125 Tahun Pendidikan Dokter: 75 Tahun Pertama”
dalam M.A. Hanafiah dkk (eds), 125 Tahun Pendidikan Dokter di Indonesia
1851-1976, Jakarta: Panitia Peringatan 125 tahun Pendidikan Dokter di Indonesia,
1976, hlm 1-14
52