Page 108 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 108

dan terbakar oleh rindu yang tak kunjung henti, kehausan akan belaian kasih

               sayang seorang pria yang tak pernah terpuaskan.


               Keadaan di dalam istana dengan adanya penderitaan Liu Bwee, dengan adanya

               para anggauta keluarga istana yang masih menaruh benci kepadanya dan tidak

               melihat  kesempatan  untuk  menjatuhkan  wanita  ini  karena  Liu  Bwee  selalu

               bersikap diam dan tidak memperlihatkan sesuatu, merupakan api dalam sekam

               yang setiap saat tentu akan berkobar atau meledak. Hal ini tidak saja dirasakan

               oleh semua angauta keluarga raja, bahkan dirasakan pula oleh Sin Liong dan Swat

               Hong. Sering kali Sin Liong kehilangan kejenakaan Swan Hong yang merupakan

               ciri khas dara ini. Kalau dia melihat dara itu termenung seorang diri, dia menarik

               nafas panjang dan sekali waktu dia menegus, "Eh, Sumoi. Kenapa kau termenung

               dan  wajahmu  suram?  lihat,  hari  tidak  sesuram  wajahmu,  sinar  matahari

               mencairkan salju dengan cahaya yang keemasan!"


               Swat Hong memandang pemuda  itu dan menarik nafas panjang. "Betapa aku
               tidak tidak akan muram menyaksikan keadaan yang begini dingin di dalam istana,


               Su-heng? Ayah memang masih biasa dan baik kepadaku, juga ibu baik kepadaku.
               Akan tetapi antara Ayah dan Ibu seolah-olah terdapat jurang pemisah yang amat


               dalam.  Tidak  pernah  lagi  aku  menyaksikan  keduanya  beramah  tamah  dan
               bersendau gurau seperti dahulu lagi. Apakah karena Ibu Permaisuri...?"


               "Ssst, Sumoi. Kita tidak mempunayi hak untuk bicara mengenai orang-orang tua

               itu. Hal itu adalah urusan mereka sendiri."


               "Aku mengerti, Suheng. Akan tetapi aku melihat kedukaan hebat bersembunyi di

               balik senyum Ibu kepadaku. Aku tahu

               betapa  dia  rindu  kepada  Ayah,  rindu  yang  membuatnya  seperti  gila...."

               "Hushh...."


               "Aku  tidak  membohong,  Suheng. Seringkali  aku  mendengar  Ibuku  mengigau

               memanggil nama Ayah dan menangis dalam tidur. Ibu selalu gelisah kalau tidur

               dan biarpun dia hendak menyembunyikannya dariku, namun aku tahu betapa Ibu


                                                           107
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113