Page 111 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 111
Para pesakitan yang sudah berlutut di depan meja, di atas lantai, hanya tiga orang.
Seorang laki-laki tinggi besar penuh brewok yang matanya lebar dan gerak-
geriknya kasar, seorang laki-laki muda yang tampan dan seorang wanita yang
usianya empat puluhan, namun masih cantik dan wanita ini berlutut di samping
laki-laki muda yang kelihatan ketakutan, tidak seperti laki-laki tinggi besar dan
Si Wanita yang kelihatan tenang-tenang saja.
Dengan suara lantang jaksa penuntut membacakan tuntutan kepada laki-laki
tinggi besar yang sudah berlutut ke depan setelah namanya dipanggil, yaitu Bouw
Tang Kui.
Bouw Tang Kui telah berkali-kali diperingatkan karena sikapnya yang kasar,
suka menggunakan kepandaian menghina yang lemah dan suka mencuri.
Terakhir ditangkap karena melakukan pencurian, mengambil batu hijau mustika
penyedot racun ular milik orang lain. Karena
kejahatanya.membahayakan Pulau Es, dapat menimbulkan kekacauan dan
permusuhan, maka hukuman yang paling berat patut dijatuhkan atas dirinya,
selain untuk memberantas kejahatan dari permukaan pulau juga sebagai contoh
kepada semua penghuni pulau."
Hening sejenak, kemudian terdengar suara hakim tua yang lemah dan agak
gemetar, "Bouw Tang Kui, kau sudah mendengar tuduhan atas dirimu. Kau
diperkenankan membela diri." Bouw Tang Kui yang berlutut itu memberi hormat
kepada raja, kemudian dengan suaranya yang kasar dan nyaring berkata,"Hamba
mengaku telah melakukan perbuatan itu karena hamba ingin memiliki mustika
batu hijau. Hamba telah menerima banyak budi dari Sri baginda, kalau sekarang
dianggap berdosa, hamba siap menerima segala macam hukuman yang
dijatuhkan kepada hamba." Hakim berfikir sejenak, kemudian sambil mengetok
meja dia berkata,
"Pengadilan memutuskan hukuman buang ke Pulau Neraka kepada Bouw Tang
Kui."
110