Page 117 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 117

JILID 5




               Dan  pada  suatu  hari  terjadilah  suatu  hal  yang  sudah  lama  diduga-duga  akan

               terjadi hal yang menjadi akibat daripada keadaan yang ditekan-tekan di dalam

               istana yang dimulai dengan masuknya The Kwat Lin yang kini telah menjadi

               permaisuri itu ke Pulau Es. Pagi hari itu, Sin Liong tengah duduk seorang diri di

               tempat  yang  menjadi  tempat  kesukaannya  bersama  Swat  Hong,  yaitu  di  tepi

               pantai  yang  paling  sunyi,  pantai  yang  tak  pernah  tertutup  salju  karena  pasir

               berwana putih yang terjadi dari pecahan batu karang dan segala macam kulit

               kerang dan kepompong itu seolaholah selalu mengeluarkan hawa hangat. Selagi

               dia duduk termenung itu terdengarlah olehnya suara tabur dipukul gencar, tanda

               bahwa pagi hari itu diadakan persidangan pengadilan yang amat penting, sidang

               yang diadakan kurang lebih tiga bulan semenjak tiga orang pesakitan terakhir itu

               di buang ke Pulau Neraka.


                Suara tambur         itu seolah-olah menghantami isi dada  Sin

               Liong,  karena  suara  itu  suara  yang  paling  tidak  disukainya,  suara  yang

               menandakan bahwa akan ada


               orang lagi yang dihukum! Maka dia tidak

                bergerak,     mengambil  keputusan  tidak  akan  menonton


               karena menonton berarti hanya akan menghadapi hal yang                  menyakitkan

                hatinya.      Akan  tetapi dia     meloncat

               bangun ketika mendengar suara panggilan Swat Hong,


               suara panggilan yang lain dari biasanya karena suara dara itu mengandung isak

               tangis yang mengejutkan.


               "Kwa-suheng...!!"





                                                           116
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122