Page 122 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 122

terjadi!" Suara Swat Hong ini nyaring sekali dan muka A Kiu menjadi pucat,

               kepalanya makin menunduk. Suasana menjadi hening dan akhirnya terpecah oleh

               suara Raja, "A Kiu, kau diperkenankan untuk bicara!"


               Tubuh  itu  menggigil,  muka  yang  tampan  itu  pucat  sekali  ketika  diangkat

               memandang Raja, kemudian

               melirik ke arah Liu Bwee yang masih bersikap tenang dan


               agung berlutut di sebelahnya. Ketika dia melirik

                ke     arah Swat  Hong yang berdiri dengan sikap angkuh


               memandang kepadanya, A Kiu mengeluh lirih,


               kemudian menelungkup dan berkata dengan suara mengandung isak, "Hamba

               tidak berdaya... hamba

               memang berada di kamar itu... tapi... tidak seperti kesaksian Pangeran kecil...

               hamba terpaksa karena..."."Berani kau mengatakan puteraku bohong?" Jeritan ini

               keluar dari mulut permaisuri dan hawa pukulan yang dahsyat sekali menyambar

               ketika permaisuri


               menggerakan tangan kirinya ke arah A Kiu. "Dess...! Aungghh...!" Tubuh A Kiu

               terlempar  bergulingan  dan  rebah  tak  bernyawa  lagi,  dari  mulut,  hidung  dan

               telinganya  mengalir  darah.  Hebat  sekali  pukulan  jarak  jauh  yang  di  lakukan

               permaesuri itu, mengenai kepala A Kiu yang tentu saja tidak kuat menahannya.


               Hakim dan jaksa saling pandang, sedangkan Raja menegur Permaesurinya, "Kau
               terlalu lancang...." "Apakah aku harus diam saja kalau seorang rendah macam dia


               menghina putera kita?" Permaesuri membantah dengan suara agak ketus. Raja

               diam saja dan menarik nafas panjang. Dia merasa bingung dan berduka sekali

               harus menghadapi perkara ini, lalu memberi isyarat kepada hakim sambil berkata,

               "Lanjutkan."

               Hakim menelan ludah beberapa kali, kemudian berkata lantang, " Saksi utama

               yang mejadi pelaku perjinahan telah terbunuh karena berani menghina Pangeran.



                                                           121
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127