Page 125 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 125
Sampai ruangan persidangan itu kosong dan mayat A Kiu dibawa pergi, Sin
Liong masih duduk di situ. Di dalam hatinya, dia merasa menyesal melihat sikap
Raja Han Ti Ong, gurunya yang di cintainya itu. Tahulah dia bahwa perubahan
pada diri gurunya itu terutama sekali terjadi karena hadirnya The Kwat Lin yang
kini telah menjadi permaisurinya. Diam-diam dia merasa menyesal sekali.
Bukankah dia sendiri yang dahulu minta kepada gurunya membawa pendekar
wanita Bu-tongpai itu ke Pulau Es? Kini, wanita itu menjadi selir gurunya, dan
setelah The Kwat Lin menjadi permaisuri, kebahagiaan ibu Swat Hong menjadi
musna! Bahkan kini berekor seperti ini, dengan larinya Swat Hong menggantikan
ibunya ke Pulau
Neraka sedang ibu dara itu sendiri pergi entah ke mana!
Dialah, langsung atau tidak bertanggung jawab. Akan tetapi, tidak mungkin dia
menegur gurunya, Juga permaisuri tidak dapat dipersalahkan. Betapapun juga,
dia harus memperlihatkan tanggung jawabnya atas kerusakan hidup Swat Hong
dan ibunya. Kalau dia mendiamkan saja, seolaholah dia ikut pula persekutuan
untuk merusak hidup ibu dan anak itu. "Pulau Neraka kabarnya merupakan
tempat berbahaya sekali. Aku harus menyusul Swat Hong dan melindunginya."
Demikian dia mangambil keputusan dalam hatinya dan dia tidak lagi berpamit
kepada gurunya karena maklum gurunya sedang berada dala kedukan dan
kepusingan. Pula, Sin Liong sudah biasa meninggalkan pulau itu mencari
tetumbuhan obat, maka kepergiannya dengan sebuah perahu menunggalkan
Pulau Es tidak ada yang menaruh curiga.
Dengan tenaganya yang amat kuat Sin Liong mendayung perahunya sehingga
perahu meluncur amat cepatnya menuju ke Pulau Neraka. Dia sudah tahu dimana
letaknya pulau itu, dari keterangan yang diperolehnya ketika dia bertanya-tanya
kepada para penghuni Pulau Es Bahkan diam-diam pernah pula seorang diri
mendayung perahu mendekati Pulau Neraka ini akan tetapi hanya melihat dari
jauh dan dia merasa ngeri sekali. Pulau itu dari jauh tampak kehitaman seperti
124