Page 166 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 166

perempuan  yang  usianya  sebaya  dengan  cucunya  sendiri!."Twako,

               perkenankanlah saya menghajar bocah bermulut lancang ini" Lo Thong berkata

               dan Ouw Kong


               Ek mengangguk, akan tetapi masih ingat dan memesan.

               "Akan tetapi cukup beri hajaran saja, jangan sampai dia terbunuh."


               "Baik saya mengerti, Twako." Lo Thong menjawab lalu sekali kakinya bergerak,

               tubuhnya sudah mencelat ke depan Swat Hong. Menyaksikan ginkang yang hebat

               ini  diam-diam  Sin  Liong  khawatir  sekali,  akan  tetapi  dia  pun  tidak  dapat

               mencegahnya karena maklum kalau dia melarang, Sumoinya tentu akan menjadi

               makin  nekat  saja.  Maka  dia  hanya  bangkit  berdiri  dan  memandang  dengan

               jantung berdebar tegang. Swat Hong memandang kakek botak yang berdiri di

               depannya,  lalu  berkata,  suaranya  mengejek.  "Apakah  pertandingan  ini  akan

               memutuskan perjanjian tadi, bahwa kalau aku menang kami berdua boleh pergi

               dari sini?"


               "Tidak", jawab Lo Thong. "Pertandingan ini hanya mengenai dirimu, kalau kau

               menang kau boleh pergi, kalau kau kalah, kau harus tinggal di sini selamanya dan

               menjadi muridku." "Setan alas! Siapa takut padamu?" Swat Hong yang sudah

               kena dibakar hantinya itu membentak.

               "Sumoi,  tanpa  pertandingan  pun  kau  boleh  pergi  sekarang  juga!"  Sin  Liong

               berteriak. "Tidak, Suheng. Aku merasa kurang terhormat kalau pergi begitu saja.

               Aku tidak sudi menerima kebaikan orang-orang Pulau Neraka. Kalau aku pergi

               berarti aku pergi mengandalkan kepandaian aku sendiri, bukan karena kebaikan

               hati mereka. Hayo, kakek botak, boleh


               kaukeluarkan segala ilmumu!" "Bocah sombong, sambutlah ini!"


               Lo  Thong  merasa  panas  juga  perutnya  melihat  sikap  dara  remaja  yang
               memandang redah kepadanya itu. Akan tetapi dia pun maklum bahwa dara ini


               tentu  memiliki  kepandaian  tinggi  sebagai  puteri  Raja  Pulau  Es,  maka  sekali




                                                           165
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171