Page 32 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 32

merah,  maka  pedang  itu  diberi  nama  Ang-bwekiam  (Pedang  Bunga  Bwee

               Merah). Dia terhuyung-huyung, pergi tak tentu tujuan, asal menggerakkan kedua

               kaki  melangkah  saja,  langkah  yang  kecil-kecil  dan  terhuyunghuyung  karena

               tubuhnya masih terasa lelah, lapar dan sakit semua. Kadang-kadang terdengar dia

               terisak menangis, kemudian terkekeh geli sehingga kalau ada orang yang bertemu

               dengan wanita yang bibirnya pecah-pecah mukanya penuh debu dan air mata,

               matanya membengkak dan merah, rambutnya riap-riapan dan pakaiannya terlalu

               besar,  ini  tentu  orang  itu  akan  merasa  seram,  mengira  bahwa  setidaknya  dia

               adalah  seorang  wanita  gila.  Dugaan  ini  memang  tidak  meleset  terlalu  jauh.

               Penderitaan lahir batin yang melanda diri Kwat Lin membuat wanita malang ini

               tidak kuat menahan sehingga terjadi perubahan pada ingatannya.


               Pada hari yang sama ketika Cap-sha Sin-hiap roboh di tangan kakek iblis Pat-jiu

               Kai-ong di kaki Pegunungan Jenghoa-san, terjadi pula peristiwa hebat di bagian

               lain  dari  Pegunungan  itu.  Kalau  Cap-sha  Sin-hiap  roboh  di  daerah  timur

               pegunungan,  maka  di  daerah  barat  terjadi  pula  peristiwa  yang  hampir  sama

               sungguhpun sifatnya berbeda.

               Pada pagi hari itu, seorang wanita berjalan seorang diri mendaki lereng pertama


               dari pegunungan Jeng-hoa-san sebelah barat. Wanita itu memasuki hutan dengan
               wajah  berseri  dan  harus  diakui  bahwa  wajah  wanita  cantik  manis  sekali,


               mempunyai daya tarik yang kuat sungguhpun usianya sudah empat puluh tahun.

               Tidak.ada keriput mengganggu kulit mukanya yang putih halus, mulutnya yang

               agak lebar itu mempunyai bibir yang senantiasa menantang dan seolah-olah buah

               masak yang sudah pecah, akan tetapi kalau orang memperhatikan matanya, mata

               yang jernih dan bersinar tajam, maka hati yang kagum akan kecantikannya tentu

               akan berubah menjadi ragu-ragu, curiga dan ngeri karena sepasang mata itu tidak

               pernah, atau jarang sekali berkedip. Mata itu terbuka terus seperti mata boneka!

               Dengan langkah-langkah gontai dan lemas, membuat buah pinggulnya menonjol

               dan  bergoyang  ke  kanan  kiri,  wanita  itu  berjalan  seorang  diri,  memutar-




                                                           31
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37