Page 28 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 28

"Iblis  busuk,  aku  akan  mengadu  nyawa  denganmu!"  Kwat  Lin  berseru

               mengandung  isak  tertahan.  "Haiiiit.....!"  tubuhnya  melayang  ke  depan,

               pedangnya ditusukkan ke arah dada lawan dengan kebencian meluap-luap.


               Namun  dengan  gerakan  seenaknya  kakek  itu  memukulkan  tongkatnya  dari

               samping menghantam pedang yang menusuknya. "Krekkk!" Pedang itu patah dan

               gagangnya terlepas dari pegangan Kwat Lin! Dara itu membelalakan matanya

               dan melihat pandang mata kakek itu kepadanya, melihat senyum yang baginya

               amat mengerikan itu, tiba-tiba dia membalikan tubuhnya dan melayang ke arah

               sebatang pohon besar, dengan niat untuk membenturkan kepalanya pecah pada

               batang  pohon  itu!  Kwat Lin  melihat  ancaman  bahaya  yang  lebih  mengerikan

               daripada  maut  sendiri,  maka  setelah  yakin  bahwa  dia  tidak  akan  mampu

               mengalahkan lawannya, dia mengambil keputusan nekat untuk membunuh diri

               dengan membenturkan kepalanya pada batang pohon.


               "Bukkkkkk!"  Bukan  batang  pohon  yang  dibentur  kepalanya,  melainkan  perut
               lunak dan tubuhnya berada dalam pelukan Pat-jiu Kai-ong yang entah kapan telah


               berada  di  situ  menghadangnya  di  depan  pohon!  "Lepaskan  aku!!"  Kwat  Lin
               berteriak  dan  tubuhnya  tiba-tiba  dilontarkan  oleh  kakek  itu,  jauh  kembali  ke


               dalam  lingkaran  mayat-mayat  suhengnya.  Dengan  langkah  gontai,  kakek  itu
               tersenyum-senyum  memasuki  lingkaran  dan  melangkahi  mayat  bekas  para


               penggeroyoknya,  menghampiri  Kwat  Lin  yang  sudah  bangkit  duduk  dengan

               muka pucat dan mata terbelalak. Dia telah tersudut seperti seekor kelinci muda

               ketakutan menghadapi seekor harimau yang siap menerkamnya.

               Perasaan ngeri yang luar biasa membuat Kwat Lin cepat menggerakan tangan

               kanannya,  dengan  dua  buah  jari  tangan  dia  menusuk  ke  arah  ubun-ubun

               kepalanya sendiri sambil mengerahkan sinking. Batu karang saja akan berlubang

               terkena  tusukan  jari  tangannya  seperti  itu  apa  lagi  ubun-ubun  kepalanya.

               "Plakkk!"  "Aihhh....!"  Kwat  Lin  menjerit  ketika  tangannya  itu  tertangkis  dan

               setengah  lumpuh.  Ternyata  kakek  itu  telah  berdiri  di  depannya  dan  telah




                                                           27
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33