Page 47 - Tesis Musdaliva
P. 47
29
Bagi emansipasi perempuan, menjadi warga Negara penuh
konsekuensi modernitas menjadi agak paradoks. Selama abad ke-19
kemajuan ekonomi disetiap negara di Eropa menimbulkan konsekuensi
yang sama bagi perempuan. Rasionalisasi ekonomi dan pertumbuhan
kapitalisme telah mendorong, kalau tidak memicu, pemisahan produksi
dan pekerjaan rumah tangga yang menjadi karakteristik masyarakat
modern. Kecenderungan yang mengarah pada suatu keretakan antara
wilayah publik dan wilayah domestik ini, bersamaan dengan upah yang
sangat rendah dan reformasi tanah, misalnya di Inggris memaksa
perempuan kelas yang lebih rendah untuk menjadi tenaga buruh dalam
jumlah yang lebih besar (Tijsen dalam Turner, 2008:249). Dilihat dalam
hubungannya dengan perkembangan ekonomi dan sosial, modernisasi
dapat di pahami telah menciptakan bagi perempuan kondisi yang secara
pasti menimbulkan pemberontakan dikalangan feminis (Tijsen dalam
Turner, 2008:258).
Feminisme bukanlah aliran yang tunggal, melainkan terdiri dari
beberapa aliran yang berbeda meskipun pada dasarnya memiliki tujuan
yang sama yaitu mewujudkan kesetaraan gender di dalam masyarakat.
Berikut adalah beberapa aliran feminism, yaitu:
1. Feminism liberal
Feminism ini pertama kali dirumuskan oleh Mary Wollstonecraf
(1759-1799) dalam tulisannya A Vindication of the Right of Women
(Feminis Liberal abad ke-18) dan John Stuart Mill dalam tulisannya The