Page 52 - Tesis Musdaliva
P. 52
34
popular dalam kaitannya berbagai proses dan aktivitas menentang
perusakan lingkungan hidup, yang semula dipicu oleh bencana ekologis
yang terjadi secara berulang-ulang. Ekofeminisme merupakan suatu
keterkaitan dan keseluruhan dari teori dan praktek. Hal ini menuntut
kekuatan khusus dan integritas dari setiap unsur hidup (Astuti, 2012: 51).
Gerakan feminism dan ekologi mempunyai tujuan yang saling
memperkuat, keduanya hendak membangun pandangan terhadap dunia
dan prakteknya yang tidak berdasarkan dominasi (Wulan, 2007: 105).
Ariel Salleh (1988) mengemukakan definisi ekofeminisme sebagai
pengembangan kini dalam pemikiran feminism yang menyatakan bahwa
krisis lingkungan global akhir-akhir ini adalah diramalkan hasil dari
kebudayaan patriarthal (Susilo, 2012:118). Pengertian ini diperkuat pula
oleh pandangan Karen J. Warren bahwa “Keyakinan, nilai, sikap, dan
asumsi dasar dunia barat atas dirinya sendiri dan orang-orangnya
dibentuk oleh bingkai kikir konseptual patriarki yang menindas, yang
bertujuan untuk menjelaskan, membenarkan dan menjaga hubungan
antara dominasi dan subordinasi secara umum, serta dominasi antara laki-
laki dan perempuan pada khususnya”. Tambahnya, dari cara berfikir
patriarki, dualistis, dan menindas telah berakibat pada rusaknya alam dan
kaum perempuan sebab perempuan dinaturalisasi (dialamiahkan) dan
alam difeminisasi (dianggap perempuan), akibatnya tidak jelas kapan
penindasan satu berakhir dan kapan yang lain memulai (Susilo, 2012:118
dan 119).