Page 63 - KEMUHAMMADIYAHAN 03
P. 63
Imam Syafi’i, akan tetapi mereka meninggalkan fatwa-
fatwanya yang disertai sebagian dalil-dalil, setelah itu
30
mereka membentuk mazhab Hanbali.
Berdasarkan hal tersebut, dasar hukum Mazhab
Hanbali adalah Alquran, sunnah, qiyas, ijma, fatwa
sahabat, hadis-hadis mursal dan da’if, istihsan, sadd al-
dara’i, istishab, dan maslahah mursalah.
Adapun dasar-dasar kaidah fiqh Mazhab Hanbali
adalah kaidah yang diringkas oleh Ibnu Taimiyah di
dalam perkataannya “ Taufiqun fi al-Ibadah wa Afwun fi
al-Mu’amalah” kemudian dirinci oleh Ibnu Qayyim al-
Jauziyah menjadi “Al-Ashlu fi al-Ibadah al-buthlan Hatta
Yaquma al-Dalilu ‘Ala al-Amri”, wa al-Ashlu fi al-Uqud
wa al-Mu’amalah al-Shihah Hatta Yaquma al-Dalilu ‘ala
al-Buṭlāni wa al-Tahrīmi”. Perbedaan antara kedua dasar
tersebut, bahwasanya Allah tidak berhak untuk disembah
kecuali dengan apa yang disyariatkan-Nya berdasarkan
lisan Rasul-Nya, maka ibadah merupakan kewajiban atas
hamba-Nya dan yang paling berhak untuk disembah
adalah Dia (Allah), Dia rida dalam mensyariatkannya.
Adapun akad, syarat dalam muamalah adalah boleh
hingga ada dalil yang mengharamkannya. Maka dengan
demikian Allah menyatakan kepada orang-orang musyrik
30
Abdul Ghani al-Daqr, A’lam al-Muslimin: Ahmad bin Hanbal
Imam Ahl al-Sunnah, 51.
50