Page 143 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 143

124   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


                continuosly, to the present except when interrupted
                by  war,  force majeure or displacement by  force,
                deceit, stealth, or as a consequence of government
                projects  and  other voluntary dealings  entered into
                by government and private individuals/corporations,
                including, but  not limited to residential  lots, rice
                terraces  or paddies, private forests, swidden farms
                and tree lots. (IPRA: Chap.II Sec.3 (b)).

                Beberapa catatan diberikan pada hak ulayat masyarakat
            adat sebagaimana tercantum dalam IPRA tersebut, yaitu:
            (1)  Negara mengakui, menghormati  dan melindungi
            hak ulayat masyarakat adat dengan UU; (2)  membentuk
            lembaga negara di tingkat Pusat yang khusus menangani

            hak  ulayat  tersebut; (3)  hak  tersebut meliputi  wilayah
            ulayat dalam pengertian luas yang dikuasai secara kolektif
            (Ancestral Domains), dan tanah ulayat yang dikuasai oleh
            individu, keluarga atau clan (Ancestral Land); (4) terhadap
            kedua  jenis  tanah  ulayat  tersebut dapat didaftarkan dan
            diterbitkan sertifikat.

                Bercermin  pada  dua Negara  tersebut, beberapa
            catatan perbandingan yang dapat dikemukakan adalah: (1)
            Malaysia dan Filipina menentukan kelompok masyarakat
            yang  dikategorikan  sebagai  masyarakat  adat  dengan
            berbagai  terminologi  umum seperti  indigeneous  people,
            aboriginal people, orang Asli dan natives; (2) pengakuan dan
            pemberlakuan hukum adat ditempuh dengan pembatasan;

            (3)  Pemerintah berwenang menentukan  tanah-tanah
            tertentu sebagai areal dengan penggunaan tertentu.
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148