Page 71 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 71

52    Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            Vollenhoven dan ter Haar.
                Istilah ‘masyarakat hukum adat’ merupakan istilah resmi
            yang digunakan oleh  Pemerintah sebagaimana  tercantum
            dalam Pasal 18B  ayat (2) UUD 1945. Di  dalam Peraturan
            Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
            No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah
            Hak  Ulayat  Masyarakat  Hukum  Adat  disebutkan  bahwa:

            masyarakat  hukum  adat  ialah  sekelompok  orang  yang
            terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama
            suatu persekutuan hukum karena persamaan tempat tinggal
            ataupun atas dasar keturunan.

                Di dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
            Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 2015
            tentang  Tata Cara Penetapan Hak Komunal  Atas  Tanah
            Masyarakat Hukum  Adat  dan Masyarakat  yang Berada
            Dalam Kawasan  Tertentu –  yang mencabut Peraturan
            Menteri  Negara  Agraria/Kepala Badan Pertanahan
            Nasional No. 5 Tahun 1999 – dan kemudian diubah dengan
            Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
            Pertanahan Nasional Nomor 10 Tahun 2016 tentang Tata

            Cara Penetapan Hak Komunal  Atas  Tanah Masyarakat



                diterjemahkan  sebagai “bersamaan hukumnya”  yang bila
                diterjemahkan ke  dalam istilah Bahasa Indonesia berarti
                “persekutuan hukum”.  Arti  lain  dari  gemeenschap  adalah
                “masyarakat” , dengan demikian istilah rechtsgemeenschap
                dapat diberi terjemahan dalam bahasa Indonesia menjadi
                “masyarakat hukum”. Lihat H.M. Koesnoe, 2000, op.cit, hlm.
                20-21.
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76