Page 73 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 73

54    Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            keperluan teoritik-akademis. Istilah tersebut digunakan untuk
            memberi identitas kepada golongan pribumi yang memiliki
            sistem  dan  tradisi hukum  sendiri  untuk membedakannya
            dengan golongan Eropa dan Timur Jauh yang memiliki sistem
            dan tradisi hukum tertulis.  Emil Ola Kleden  mengatakan
                                                    73
                                   72
            bahwa masyarakat hukum adat diciptakan dan didorong dalam
            kebijakan  pemerintah kolonial Belanda  untuk memetakan
            secara sosial  politik  keberadaan sekaligus  membedakan
            perlakuan hukum kepada kelompok  rechtsgemeenschap

            dengan masyarakat Eropah dan Timur Asing.
                Istilah  masyarakat  adat  mengemuka  pada  awal
            dekade 90-an ketika berlahiran  sejumlah ORNOP  yang
            memperjuangkan  pengakuan hak-hak masyarakat  adat.
            Tidak bisa disangkal gerakan yang memperjuangkan isu ini

            berinspirasi dari gerakan pembelaan terhadap indigenous
            peoples di  Amerika  Latin  pada dekade  70-an dan  Asia
            Selatan pada dekade 80-an.


            72  Rikardo Simarmata, “Menyongsong  Berakhirnya  Abad
                Masyarakat  Adat: Resistensi Pengakuan Bersyarat”,
                Tulisan disampaikan  pada  ‘  International  Advocacy  and
                Capacity Building for Indigenous  Peoples in Indonesia’,
                diselenggarakan  oleh Aliansi  Masyarakat Adat  Nusantara,
                Denpasar, 6-9 September 2004, hlm.2.
            73  Emil  Ola  Kleden, 2007,  ‘Evolusi Perjuangan Gagasan
                “Indegenous Peoples’  Rights” Dalam Ranah Nasional  dan
                Internasional’, makalah dalam Advanced Training Hak Hak
                Masyarakat Adat (Indegenous Peoples’  Rights) Bagi Dosen
                Pengajar HAM Di Indonesia. Kerjasama Pusat Studi Hak Asasi
                Manusia – UII dengan Norsk Senter for Menneskerettigheter,
                Norwegian Centre for Human Rights, Yogyakarta, tanggal 21-
                24 Agustus 2007, hlm.12.
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78