Page 268 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 268
mendukung program RA di Pamagersari dilakukan access re-
form dengan menyediakan infrastruktur dan sarana produksi
(belum dilaksanakan), pembinaan dan bimbingan teknis
(belum dilakukan), dukungan permodalan (hanya bantuan
200 pohon bibit buah-buahan), dan distribusi pemasaran
(belum dilaksanakan).
Struktur kepemilikan tanah di Pamagersari sebelum RA
adalah tanah dikuasai oleh perusahaan perkebunan dan tanah
yang diberikan ke masyarakat adalah tanah-tanah yang tidak
ditanam karet. Setelah HGU Jasinga habis karet ditebang
pemerintah dan lahan dibiarkan kosong sehingga masyarakat
berinisiatif mengolahnya. Sebelum mengolah masyarakat
meminta izin kepada petugas pertanahan Kecamatan Jasinga
dan ketika panen memberikan bagian hasil panen kepada
petugas tersebut. Kepemilikan lahan setelah RA diperoleh
dengan memberikan sertifikasi lahan kepada penggarap dan
setiap penggarap menyisihkan sebagian tanahnya untuk
masyarakat yang kurang mampu dan tidak memiliki peker-
jaan yang besarannya ditentukan dalam musyawarah. Kega-
galan dalam program sertifikasi ini adalah akumulasi lahan
oleh pihak tertentu (dengan cara membeli), pembagian lahan
untuk warga yang tidak memiliki tanah dan belum bekerja
tidak berjalan karena sebagian besar dikuasai aparat desa,
ketidaktepatan pemberian sasaran (banyak yang mendapat-
kan tidak pernah menggarap lahan). Pemanfaatan lahan eks
HGU tersebut di antaranya adalah untuk pemukiman warga
(alasan untuk mendekatkan dengan lahan garapan), sawah,
perladangan, berkebun, sarana umum. Tanaman yang di-
tanam berupa tanaman tahunan (ubi singkong), tanaman
jangka panjang (sengon) dan musiman serta buah-buahan.
Ada juga tanah yang belum digarap karena sudah warga sudah
memiliki pekerjaan lain. Program RA belum dapat dikatakan
memberikan pengaruh karena belum ada access reform,
penggunaan lahan oleh sasaran program belum optimal.
254