Page 47 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 47
kedua lokasi penelitian ditentukan oleh jenis pekerjaan.
Sementara upah buruh harian di desa Dangiang, selain di-
tentukan oleh jenis pekerjaan juga ditentukan oleh jarak tem-
puh yang diukur dari kediaman buruh ke lokasi lahan.
Di desa Dangiang, upah buruh mengalami peningkatan
sejak warga yang tergabung dalam organisasi tani lokal SPP
dapat menggarap lahan di areal perkebunan. Saat ini, upah
buruh perempuan di desa Dangiang dapat mencapai 15 ribu
rupiah per hari, sementara untuk upah buruh laki-laki bisa
mencapai 25 ribu rupiah per hari. Terlebih pada proses pema-
nenan tembakau hingga menjadi bahan baku siap jual yang
membutuhkan banyak tenaga kerja.
Meskipun terdapat perbedaan ciri dan ukuran kesejah-
teraan antara desa Dangiang dan Sukatani namun dalam
konteks proses penciptaan kemiskinan menunjukkan pola
yang sama, yakni pelepasan atau pemisahan petani dari alat
produksi utama (tanah) hingga menjadi buruh tani upahan,
pemasok tenaga buruh murah industri serta pekerja sektor
informal perkotaan akibat masuknya (penetrasi) perusahaan
perkebunan dan kehutanan ke desa. Pada prakteknya, seluruh
proses-proses tersebut hingga saat ini terus dipertahankan,
diperbaharui dan diciptakan ulang di beberapa wilayah per-
tanian dataran tinggi Jawa Barat. Tidak mengherankan bila
kondisi kesejahteraan warga desa di sekitar wilayah perkebunan
dan kehutanan di Jawa Barat, mayoritas masuk kategori
miskin. Kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan hutan dan
perkebunan, dapat disebut sebagai hal yang bersifat relasional
atau struktural, dijelaskan berikut ini.
Pola Pembentukan dan Ekstraksi Surplus Desa
Proses pembentukan modal (capital formation) dapat di-
pandang sebagai seperangkat proses penciptaan, penguasaan
dan penempatan atau penanaman surplus yang secara ber-
33