Page 49 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 49
informal. Masalah kemiskinan di pedesaan tidak berdiri bebas
ruang dan waktu, merupakan reproduksi sejarah dari per-
kembangan proses pembentukan modal dan ekstraksi sur-
plus di pedesaan. Dengan demikian, keterpurukan ekonomi
(kemiskinan) petani di pedesaan dilihat sebagai gagalnya
pembentukan modal di pedesaan dimana dari setiap surplus
produksi pertanian yang dihasilkan petani penggarap ter-
konsentrasi pada pihak tertentu akibat hubungan-hubungan
produksi yang eksploitatif. Kemiskinan relasional-struktural
yang terus direproduksi.
Sumber Kredit dan Ketersediaan Sarana Produksi
Di Dangiang dan Sukatani, sumber kredit dan pemasok
sarana produsi pertanian seperti bibit, pupuk dan obat-obatan
sebagian besar berasal dari para bandar lokal di desa. Bandar-
bandar lokal ini pun memiliki hubungan permodalan dan
pemasaran dengan bandar-bandar yang lebih besar, baik masih
dalam satu desa maupun luar desa. Semakin panjang lintasan
aliran kredit, semakin tinggi biaya produksi petani atau
semakin rendah harga jual komoditas di petani serta semakin
besar tingkat keuntungan yang diperoleh oleh bandar besar.
Kondisi yang semacam ini masih terus berlangsung dalam
kegiatan pertanian warga di lokasi penelitian. Terus diper-
tahankannya rute aliran kredit pada praktiknya menyebabkan
surplus yang dihasilkan di beberapa rumah tangga petani dari
hasil panen terserap keluar dan terkonsentrasi pada bandar-
bandar besar/cukong.
Khusus di daerah pertanian tanaman sayuran seperti di
Sukatani (hamparan Papandayan), untuk beberapa komoditas
seperti tomat, kol dan cabe, keperluan akan bibit, pupuk dan
obat-obatan kesemuanya berasal dari bandar atau dengan
kata lain, pasokan sarana produksi sepenuhnya berada di luar
kontrol petani. Hal ini menyebabkan akumulasi surplus ke
para bandar besar sayuran. Dari pengambilan data 15 rumah
35