Page 51 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 51
Hubungan Produksi, Jejaring Pemasaran
Komoditas dan Isolasi Pasar
Di dua lokasi penelitian ini, hubungan permodalan
(sumber kredit) dan pemasaran hasil panen sangat menentu-
kan hubungan produksi di atas alat-alat produksi. Di Sukatani,
pendudukan lahan Perhutani oleh warga pasca operasi
Wanalaga Lodaya tahun 2003, disusul hadirnya organisasi
tani lokal, meski dapat dikatakan berhasil melekatkan
kembali petani dengan lahan garapan sehingga dirinya
terbebas dari hubungan tenaga upahan dengan para elite desa,
namun demikian hubungan permodalan dan pemasaran
dengan elite-elite desa (bandar besar) masih bertahan hingga
saat ini. Dalam kaitan ini, melalui hubungan hutang-piutang,
petani menjadi tidak bebas dalam menjual dan menentukan
harga hasil panennya.
Petani di Sukatani, terutama di kampung Kiara Rungkad
mengenal bandar sebagai aktor utama dalam sistem distribusi
hasil pertanian. Bandar adalah pengumpul hasil panen sayuran
yang merupakan komoditas pertanian utama petani di
Sukatani. Bandar dapat sangat mengikat petani dalam satu
keluarga. Bisa saja terjadi, dalam satu keluarga yang beberapa
anggota keluarganya menjadi petani, menjual hasil panennya
kepada bandar yang berbeda. Persaingan antar bandar dalam
mendapatkan mitra demikian luar biasa. Hubungan antara
petani dengan bandar dikenal dengan istilah “hutang haseum”.
Ketika musim tanam tiba, maka petani akan berhutang sarana
produksi pertanian dalam bentuk pupuk, obat dan benih yang
dibayar saat panen (yarnen). Siklus pinjaman ini berputar
terus menerus sehingga keterikatan antara petani dengan
bandar makin dalam. Akibat pinjaman tersebut, petani ber-
kewajiban menjual hasil panen kepada bandar tempat dia
meminjam uang.
37