Page 56 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 56
“Misal, petani akan pinjam 1 juta, karena petani yang akan
pinjam banyak, si bandar lokal bisa pinjam sama cukong hingga
10 juta tapi syaratnya harga minyak jadi ‘sekian’ atau jadi turun
(dibawah harga biasa/standar). Kalo harga minyak jatuh,
otomatis si petani pun ikut menjerit, petani tidak bisa berbuat
apa-apa. Akhirnya, ketika petani jual ke bandar, baik dengan
sistem tebas atau jual kiloan, ada perbedaan harga atau harganya
jadi turun”
Hal yang sama juga dituturkan Kang Asip:
“Berbeda dengan usar (akar wangi), modal di hortikultur
berputar cepat, setiap hari uang keluar masuk, ada yang tanam
hari ini, besok sudah ada yang panen dan selalu berurusan dengan
bandar besar (cukong). Jadi sangat sulit memutus hubungan
dengan cukong. Akibat hubungan dengan cukong (Haji Aur),
ada warga yang kehilangan lahan garapannya karena menjadi
jaminan utang kepada cukong. Ketika seorang petani gagal/
tidak dapat melunasi hutangnya, pihak bandar akan mengenakan
bunga pinjaman kepada sisa hutangnya. Apabila petani tersebut
tidak mampu membayar sisa hutang ditambah bunganya,
tanahnya lalu akan dijaminkan pada cukong. Penyelesaian
hutang-piutang bahkan bisa melibatkan polisi. Pak RT, anggota
SPP yang berprofesi sebagai bandar lokal dua lahannya telah
dijaminkan kepada bandar (cukong) karena tidak mampu bayar
hutang.”.
Bagan 3. Pola distribusi tanaman semusim akar wangi
di Hamparan Cikuray
42