Page 62 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 62
modal kepada bandar. Tuntutan penyediaan modal merupa-
kan hal yang tidak dapat dihindari sehingga organisasi menilai
perlu ada langkah lain untuk kepentingan penggarapan lahan.
Tepat di saat yang sama, pemerintah menyediakan skema
kredit bagi petani melalui program Kredit Usaha Tani (KUT).
Peluang tersebut diambil oleh organisasi setelah sebelumnya
membentuk kelompok sebagai syarat keikutsertaan dalam
program KUT.
Di tahun yang sama, dibentuklah Koperasi Warga Desa
(KWD). Melalui KWD, diharapkan petani dapat akses
terhadap modal. Terbukti, beberapa KWD berhasil mendapat
2 putaran peminjaman yaitu program hortikultura dan
palagung. Sayangnya, tidak semua kepentingan petani bisa
diakomodir. Kredit yang disediakan pemerintah tidak
mencukupi digunakan sebagai modal pertanian. Ditambah
dengan kondisi gagal panen, petani akhirnya meminjam ke
pihak lain. Banyak KWD yang menurun aktivitasnya karena
persoalan manajemen dan sumberdaya manusia.
Pada tahun 2001 usaha bersama mulai dibangun melalui
pendekatan pada kelompok ibu-ibu. Kegiatan ini pertama kali
diinisiasi di Dangiang. Alasan keterlibatan kaum ibu karena
dianggap lebih terampil dan memiliki pengalaman dalam
mengurusi ekonomi rumah tanga. Ada dua jenis kegiatan yang
dikembangkan, yaitu, warung kelompok dan kelompok
simpan pinjam. Pasang surut kegiatan kelompok ini menye-
babkan adanya proses seleksi ulang atas loyalitas anggota
dengan harapan kegiatan bisa lebih maju. Harapan akan hasil
kegiatan kelompok mulai muncul karena kelompok Dangiang
menunjukkan eksistensinya dan berlangsung hingga tahun
2006. Proses pembelajaran kelompok di desa lain bercermin
pada pengalaman kelompok di Dangiang yang mengembang-
kan kelompok simpan pinjam dalam bentuk beras dan uang.
Sejak tahun 2004 kelompok Dangiang dijadikan model,
sehingga memunculkan motivasi bagi kelompok ibu-ibu di
48