Page 63 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 63
desa lain. Kegiatan ini kemudian diduplikasi di Sukawargi,
Sukatani, Cibalong dan desa lain dengan jumlah anggota
kelompok dan kegiatan yang berbeda-beda. Faktor utama
yang menyebabkan kelompok Dangiang relatif dapat ber-
tahan dan menunjukkan kinerja yang lebih baik karena
adanya proses pendampingan yang intensif dan kemauan
kuat dari anggotanya sendiri. Kelompok ini kemudian men-
jadi embrio terbentuknya Koperasi Mitra Harapan. Pada
tahun 2007 kegiatan koperasi ini meningkat dengan asset
yang bertambah besar. Ada keinginan untuk terjun ke bidang
pengadaan pupuk, sembako dan usaha ternak. Usaha ternak
dapat direalisasikan dengan modal awal 450 ribu. Modal ini
berkembang hingga mencapai Rp. 7.9 juta.
Penutup:
Penciptaan Kemiskinan di Dataran Tinggi Garut
Proses pelepasan dan penyingkiran petani dari akses dan
kuasa terhadap alat-alat produksi merupakan proses
pemerangkapan petani dalam “lingkaran setan” struktural:
kemiskinan. Proses ini disebabkan hadirnya investasi
perkebunan dan kehutanan skala besar yang “memakan”
lahan-lahan petani. Proses pemiskinan petani tidak hanya
terjadi akibat penyingkiran petani dari alat-alat produksinya
ini, namun tingginya kebutuhan atas input produksi (modal)
kembali menjebak petani dalam relasi timpang utang-piutang
pada bandar, sehingga melalui cara tertentu, petani tidak
memiliki posisi tawar dalam menentukan harga jual hasil
panen. Relasi ini pada prakteknya menyebabkan pem-
bentukan dan penumpukan (akumulasi) surplus hanya terjadi
pada bandar sementara petani menjadi buruh di lahannya
sendiri. Tidak jarang, akibat relasi timpang semacam ini,
menyebabkan petani kehilangan lahan atau menjadi buruh
di lahan garapannya sendiri. Kondisi ini telah berlangsung
49