Page 65 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 65

52    Prof. Dr. Maria SW Sumardjono., S.H., MCL., MPA

            Tumpang tindih HP3

                Obyek HP3  itu luas,  dengan berbagai bentuk
            pemanfaatannya. Pertama, perairan pesisir, dapat dimanfaatkan
            untuk misalnya budidaya rumput laut, kerang mutiara. Kedua,
            sumberdaya pesisir dan P2K dapat dimanfaatkan untuk usaha
            wisata alam, penambangan pasir/mineral laut, usaha tenaga

            listrik, usaha penyulingan air laut. Ketiga, daratan P2K, dapat
            dimanfaatkan untuk usaha non komersial mau pun komersial
            (wisata alam, industri perikanan, dll).
                Obyek  HP3 tersebut  berpotensi tumpang tindih dengan

            (1)  perijinan bidang  kehutanan (misalnya  pemanfaatan
            hutan bakau,  penggunaan jasa lingkungan  dikawasan hutan
            bakau); (2)  perijinan bidang  pertambangan (pemanfaatan
            pasir dan mineral laut); (3) perijinan bidang pariwisata, yakni
            pengembangan wisata pantai. Sangat mungkin terjadi tumpang
            tindih dengan pemberian HGB di wilayah perairan pantai dan
            perairan pesisir, serta HGU untuk budidaya perikanan pantai,
            budidaya mutiara dan rumput laut, dan sebagainya.

                Kehadiran HP3  dipastikan menambah ketidakpastian
            hukum dalam pemberian hak/ijin sektor lain.

            HP3 dan hak masyarakat adat

                UU  No. 27  Tahun 2007  dalam berbagai  pasalnya
            mengakomodasi hak masyarakat adat (MA), Pasal 61 mengakui
            MA  tanpa  persyaratan. Hal  ini merupakan kemajuan
            dibandingkan dengan  pengaturan  tentang  MA dalam  UU
            sektoral lain. Namun,  pemahaman  secara kontekstual

            menunjukkan hal sebaliknya.
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70