Page 91 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 91

78    Prof. Dr. Maria SW Sumardjono., S.H., MCL., MPA


            memenuhi asas keseimbangan antara kepentingan umum dan
            kepentingan perorangan, maka hak atas tanah dapat dicabut
            melalui  proses  yang  berujung  pada Keputusan Presiden.
            Karena  pencabutan hak itu berakibat mengurangi hak
            seseorang, maka Presiden sebagai pejabat eksekutif tertinggi
            yang memutuskan tentang hal itu (Penjelasan Pasal 1 UU No.
            20 Tahun 1961). Permasalahan terkait ganti kerugian ditempuh
            melalui pengadilan tinggi yang putusannya bersifat final dan
            mengikat (PP No. 39 Tahun 1973).

                UUPTKU  menempuh  jalan pintas  terhadap penolakan
            masyarakat.  Apa  pun keberatan masyarakat,  baik  terkait
            penetapan  lokasi  pembangunan  maupun penawaran  ganti
            kerugian,  semua  diselesaikan melalui lembaga  peradilan
            disertai dengan  penitipan ganti  kerugian  di  pengadilan.

            Tertutup  sudah kemungkinan  untuk menempuh  acara
            pencabutan hak yang disediakan oleh UU No. 20 Tahun 1961.
            Bahkan  dalam keadaan mendesak  sebagai  akibat bencana
            alam, perang, konflik sosial yang meluas dan wabah penyakit,
            pembangunan untuk  kepentingan umum  dapat  langsung
            dilaksanakan berdasarkan Penetapan Lokasi oleh Gubernur
            (Rancangan Perpres). Sebelum UUPTKU, hal ini merupakan
            rezim pengaturan UU No. 20 Tahun 1961.

                Demi politik pencitraan,  jangan  hendaknya  sistem
            hukum dikorbankan demi menjaga agar Presiden tidak perlu
            menerbitkan keputusan pencabutan hak untuk kepentingan
            umum, bila musyawarah menemui kegagalan. Hukum sudah
            menyediakan sarananya  dan sampai sekarang  UU  No.  20

            Tahun 1961 belum dicabut.
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96