Page 92 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 92

Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria  79

              Sikap tegas

                  Pragmatisme    UUPTKU     telah  menabrak    prinsip
              “hukum  sebagai  sistem”. Hal ini merupakan  contoh buruk
              dalam  pembangunan hukum. Perlu ketegasan  sikap  untuk
              mengakhiri pembengkokan  konsep  dalam perolehan  tanah
              untuk kepentingan umum.

                  Pilihannya  adalah  pertama,  UUPTKU  harus  dirombak,
              artinya  kembali  kepada  sistem yang  ada, yakni  pengadaan
              tanah melalui musyawarah. Bila musyawarah  gagal,  dibuka
              upaya  untuk menempuh  acara  pencabutan hak.  Penitipan

              ganti kerugian dapat dilakukan untuk hal-hal tertentu, yakni
              jika  pemegang  hak  tidak ditemukan atau  tidak diketahui
              keberadaannya; obyek pengadaan tanah sedang menjadi obyek
              perkara di pengadilan; tanah dalam sengketa, diletakkan sita
              jaminan, dan  sedang dijaminkan dengan  hak  tanggungan.
              Kedua,  UUPTKU  tetap  dipertahankan,  tetapi UU No. 20
              Tahun 1961 dan Pasal 18 UUPA harus dicabut dan dinyatakan
              tidak berlaku.

                  Masing-masing pilihan pasti ada risikonya. Namun inilah
              konsekuensinya jika penyusunan undang-undang cenderung
              ditujukan untuk kepentingan jangka pendek.



                                     CATATAN:
                  Untuk komentar tentang UU No. 2 Tahun 2012 dan
                  peraturan pelaksanaannya dapat dibaca dalam buku
                  Maria  SW  Sumardjono,  “Dinamika  Pengaturan
                  Pengadaan  Tanah di  Indonesia, dari  Keputusan
                  Presiden  sampai Undang-Undang”, Gadjah Mada
                  University Press, Yogyakarta, 2015.
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97