Page 95 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 95

82    Prof. Dr. Maria SW Sumardjono., S.H., MCL., MPA


                Kedua, pengaturan  tentang pengecualian  sebagai  obyek
            tanah  terlantar menimbulkan  pertanyaan  sebagai berikut (1)
            jika HM / HGB atas nama perorangan dikecualikan , bagaimana
            dengan HP atas nama perorangan ;(2) mengingat banyaknya
            jenis dan status penguasaan tanah yang ada, dimana kedudukan
            tanah  ulayat masyarakat hukum adat dan  tanah-tanah milik
            adat yang belum selesai proses adminitrasinya dalam PP ini ; (3)
            bila tanah tidak diusahakan / digunakan karena dikuasai pihak
            lain  (dalam sengketa)  atau sedang  menjadi  obyek sengketa/

            perkara dipengadilan, bagaimana sikap PP terhadap hal ini?
                Ketiga, hasil kerja Panitia C  dapat berujung  pada
            penetapan sebagai tanah terlantar. Perlu ditegaskan dalam PP
            bahwa penelitian terhadap tanah yang diindikasikan sebagai
            terlantar  itu  secara  teknis operasional  harus dilaksanakan

            sesuai  dengan peraturan  instansi  terkait.  Masyarakat perlu
            memahami bahwa proses itu makan waktu.
                Keempat,  penetapan  sebagai tanah terlantar  bisa
            berdampak  terhadap  pemegang  Hak  Tanggungan (HT)
            bila tanah yang bersangkutan dijadikan obyek HT. Jika hak
            atas  tanah  tersebut hapus,  HT  juga  hapus,  namun  hutang

            yang membebani tetap berlangsung. Barangkali dalam Akta
            Pemberian HT perlu dicantumkan janji bahwa pemberi HT
            akan mengganti obyek HT apabila obyek tersebut ditetapkan
            sebagai tanah terlantar.

            Tindak Lanjut

                Sosialisasi  sangat  diperlukan  agar  PP  dipahami  secara
            proposional.  Tujuan PP  adalah mendorong  pemegang
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100