Page 99 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 99

86    Prof. Dr. Maria SW Sumardjono., S.H., MCL., MPA


            Hak Sewa untuk Bangunan (HSUB), di samping Hak Pakai
            (HP), sebagai hak atas tanah yang dapat dipunyai oleh Warga
            Negara Asing (WNA) atau Badan Hukum Asing (BHA).
                Wacana ini merupakan berkah  terselubung karena
            mau tidak mau, harus diakui bahwa betapa pun pentingnya
            pengaturan  tentang pemilikan  bangunan  oleh WNA/BHA,
            tetapi  yang  menentukan  adalah kejelasan  tentang  hak  atas

            tanah tempat berdirinya bangunan tersebut.
                Jika  sampai  dengan  saat ini hakikat HP  belum
            sepenuhnya dipahami secara obyektif, introduksi HSUB tidak
            akan menyelesaikan  permasalahan,  tetapi justru berpotensi

            menimbulkan permasalahan baru.
                PP No. 41  Tahun 1996  itu memang bermasalah
            sejak  penerbitannya  karena  substansi yang  diatur  tidak
            komprehensif (Maria SW Sumardjono, “Pemilikan Rumah
            oleh WNA”, Kompas, 24/6/1996). Akibatnya, PP tersebut tidak
            efektif. Disatu  pihak,  masyarakat (termasuk  pengembang/

            developer)  seringkali memandang HP  dengan  sebelah mata
            karena jangka waktu HP. Padahal, HP untuk perorangan dan
            badan hukum swasta diberikan dalam jangka waktu 25 tahun,
            dapat diperpanjang selama 20 tahun, dan dapat diperbaharui
            untuk jangka  waktu 25  tahun. Dibandingkan  dengan HGB,
            jangka waktu HP terpaut lima tahun. Subyek HP lebih luas
            yaitu WNI, Badan Hukum Indonesia (BHI), WNA, dan BHA.

            Penggunaannya  pun  lebih  fleksibel,  artinya  tidak  dibatasi
            jenisnya.  HP atas  Tanah  Negara  itu didaftarkan dan dapat
            dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan
            (HT).
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104