Page 101 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 101

88    Prof. Dr. Maria SW Sumardjono., S.H., MCL., MPA


            tanahnya. Berbeda  dengan HP, HSUB  hanya  dapat  terjadi
            diatas tanah HM. Untuk memperoleh hak untuk mendirikan
            dan kemudian memiliki bangunan di atas tanah HM tersebut
            harus dibayarkan uang sewa.
                HSUB belum  diatur lebih lanjut  dalam  peraturan
            perundang-undangan    di   bidang   pertanahan.   Tanpa
            pengaturan yang rinci, introduksi HSUB dalam usulan revisi PP

            No. 41 Tahun 1996 berpotensi menimbulkan penyelundupan
            hukum.  Dapat  terjadi,  bahwa pembuatan perjanjian  antara
            WNI  pemegang HM  dengan  WNA  dengan “kedok” HSUB
            itu digunakan untuk  menyimpangi  ketentuan  Pasal  26 ayat
            (2) UUPA dengan cara (1) memberikan HSUB dengan jangka
            waktu “sewa”  yang melampaui batas kewajaran; (2) “uang
            sewa”  yang  diberikan  sebenarnya merupakan harga  tanah

            yang  sebenarnya; (3)  pemilik  tanah hanya  dapat meminta
            kembali tanahnya dengan membayar kembali sebesar harga
            tanah (Maria SW Sumardjono, “WNA  dan Pemindahan
            HM  Terselubung ”, Kompas, 15/1/1994). Konstruksi hukum
            pemberian HSUB bagi WNA semacam ini akibat hukumnya
            disebutkan dalam Pasal 26 ayat (2) UUPA.


            Yang Diharapkan
                Perlu kesepahaman bahwa sampai dengan saat ini, sesuai
            dengan peraturan perundang-undangan  yang  berlaku,  hak
            atas tanah tempat berdirinya bangunan yang dapat dimiliki
            WNA/BHA adalah  HP.  Wacana  tentang  HP  yang  dapat

            diberikan  sekaligus dalam jangka waktu 70  tahun itu  tidak
            perlu  dilanjutkan.  Putusan  MK  dalam  perkara  No.  21-22/
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106