Page 20 - Proyek E-Book Interaktif 3_Neat
P. 20
BAB III
Periode Akhir 1941 hingga Kapitulasi Kalijati 1942
A. Kondisi Politik
Gerak maju Jepang semakin membahayakan sekutu terutama Inggris dan
Amerika Serikat, ketakutan ini semakin terwujud Ketika Jepang memaksa Indochina
membuka diri untuk menjadi basis militer Jepang. Bagi sekutu (Inggris dan Amerika
Serikat) Indochina merupakan batu loncatan untuk menginvasi daerah selatan (Malaya
dan Hindia Belanda). Ditempatkannya pasukan Jepang di Indochina kemudian
mendorong sekutu untuk membekukan semua asset Jepang di negaranya masing-masing,
tentu saja kebijakan ini membuat Jepang kekurangan sumber daya (bahan baku) dan
finansial. Di tahun yang sama, Tjarda diangkat kembali menjadi gubernur jenderal,
pengangkatan gubernur jenderal untuk dua periode kepemimpinan merupakan hal yang
jarang terjadi. Dipilihnya Tjarda untuk kedua kalinya merupakan permintaan khusus dari
Ratu Belanda, hal ini membuktikan kepercayaan Ratu Belanda terhadap kepemimpinan
Tjarda seperti yang tertulis dalam buku karya J.C. Bijkerk. J.C. Bijkerk menulis
sehubungan dengan perpanjangan masa jabatan ini, Nirom mengadakan siaran
dengan pembicara seorang pribumi dan seorang Belanda masing-masing dengan
Bahasa sendiri dalam mana dinyatakan kepercayaan mereka atas kepemimpinan GG
ini. Juga Ratu Wilhelmina mengeluarkan pernyataan di London: “Di hari-hari yang
menegangkan ini, bagi saya adalah merupakan suatu kepercayaan bahwa
kebijaksanaan dalam pemerintahan berada dalam tangan yang baik dari GG Jhr. Van
Starkenborgh”.
Klimaks dari perselisihan politik antara Jepang dan sekutu yang didominasi
Amerika Serikat gagal mencapai kesepakatan pada bulan November 1941. Gagalnya
kesepakatan ini berujung pada penyerangan Jepang di Pearl Harbour pada tanggal 7
Desember 1941. Operasi penyerangan ini telah direncanakan bahkan sejak bulan Januari
1941 Serangan Jepang ke Pearl Harbour menjadi salah satu serangan yang memulai
penyerangan Jepang secara totalitas ke wilayah Nanyo (daerah selatan yang kaya) yang
terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah penyerangan ke wilayah selatan seperti Malaya,
Filipina dan Hindia Belanda guna mengamankan daerah-daerah strategis baik secara
ekonomi, politik maupun militer. Fase kedua adalah memperkuat posisi di daerah-daerah
yang telah diduduki, harapannya dengan adanya penguatan pendudukan dapat menjadi
alat tawar bagi Jepang untuk berunding dengan Amerika Serikat. Penyerangan Jepang ke
Pearl Harbour tentu bukan tanpa alasan, alasan yang paling kuat adalah kekhawatiran
Jepang jika Amerika Serikat tidak diserang terlebih dahulu maka dapat menjadi ancaman
sewaktu-waktu. Anggapan Jepang memang tidak sepenuhnya salah, karena setelah
penyerangan Pearl Harbour praktis Asia Tenggara tidak dalam perlindungan Amerika
Serikat, terlebih Inggris dan Belanda tidak sekuat Amerika Serikat serta masih sibuk
berperang di Eropa. Sayangnya, Jepang tidak memperhitungkan industri yang dimiliki
Amerika Serikat yang mampu mengembalikan hancurnya armada Pasifik. Namun,
19