Page 22 - Proyek E-Book Interaktif 3_Neat
P. 22
Masyarakat Dataran Tinggi f 42.000
Palembang
Sumber: buku Selamat Berpisah Sampai Berjumpa di Saat yang Lebih Baik (Dokumenter
Runtuhnya Hindia Belanda)
Penggalangan dana tersebut membantu dalam pembelian pesawat terutama yang
digunakan oleh Belanda di Eropa, setidaknya Belanda berhasil membeli 36 pesawat
pembom dan 100 pesawat pemburu. Uang penggalangan dana juga digunakan untuk
membeli tank, kapal torpedo dan persenjataan lainnya. secara terperinci Dana
Wilhelmina terkumpul sebesar 16 juta gulden yang digunakan untuk membeli bahan
makanan sedangkan Dana Benhard digunakan untuk membeli alat-alat perang. Dari hasil
pengumpulan tersebut terbeli kurang lebih 120 pesawat Spitfire dan Hurricane yang
tersohor. Pengumpulan bantuan tidak sekedar berupa uang, namun juga alat-alat rumah
tangga yang terbuat dari alumunium yang ditujukan untuk pembuatan pesawat di Inggris.
Bentuk dukungan lain dari masyarakat berupa dukungan moril seperti doa-doa
khusus dan kirab yang dilakukan, terutama Ketika memperingati jatuhnya Belanda.
Situasi sosial juga berubah, papan-papan yang menunjukkan diskriminasi rasial misalnya
“Anjing dan Pribumi dilarang masuk” mulai dicabut dari berbagai tempat. Suasana pada
waktu itu penuh dengan kerukunan dan persatuan antar etnis. Aturan mengenai Poenale
Sanctie tahun 1936 juga dicabut sehingga buruh dan pekerja perkebunan tidak bisa lagi
dihukum secara fisik, ini merupakan perubahan besar pada waktu itu. Media massa
seperti RPD (Regerings Publiciteit Dients) memberikan informasi dan propaganda yang
mendorong dan membentuk optimisme masyarakat dalam menghadapi peperangan.
Berita-berita dari RPD terus tersiar hingga bulan Maret 1942.
Perekonomian Hindia Belanda tidak terlalu berdampak Ketika peperangan sudah
di depan mata, memang beberapa produk ekspor tidak bisa dikirim karena negara-negara
yang mengimpornya berada di bawah pendudukan Jerman. Untuk bahan-bahan lainnya
seperti karet justru melonjak karena berkaitan
dengan kebutuhan perang. Produksi dan
persediaan beras pada waktu itu juga terbilang
stabil dimana Jawa dapat mengirim 200.000 ton
beras ke pulau-pulau di luar Jawa. Gudang dan
badan yang mengelola persediaan beras juga
dibentuk di berbagai daerah guna menanggulangi
kelangkaan beras. Pabrik-pabrik seperti pabrik
bola lampu dan porselen juga masih melanjutkan
aktivitas. Secara kebijakan ekonomi, memang
pemerintah kolonial menerapkan kenaikan pajak
sebesar dua kali lipat dari pada tahun 1930.
Kenaikan pajak ini disebabkan semakin besarnya
pengeluaran anggara untuk kebutuhan militer
21