Page 229 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 229

melalui mana anak itu menjadi di Watugunung.
                     Barangkali  saat  itu  ada  yang  mengintai  di  balik  semak­
                 semak,  seorang  utusan  seperti  peri  cilik  untuk  memastikan
                 bahwa bayi itu sampai pada tangan yang benar dengan selamat.
                 Dan  ini  akan  mengingatkan  engkau  pada  kisah  kelahiran
                 Musa.  Sebab  pada  masa  itu  ada  sebuah  kuasa  yang  cemas
                 dan  tak  percaya  diri  yang  mengharuskan  semua  bayi  laki­
                 laki  Hibrani  dibenamkan  di  sungai  Nil.  Alkisah  satu  bayi
                 lelaki yang cantik lahir dari pasangan orang Lewi, yaitu satu
                 dari  duabelas  suku  dalam  bangsa  Hibrani.  Demikian  cantik
                 anak  itu  sehingga  tak  seorang  pun  tega  membenamkannya.
                 Orangtuanya  menyembunyikan  bayi  itu  hingga  tiga  bulan,
                 sampai  mereka  tahu  dan  gentar  jika  prajurit  Firaun  segera
                 menemukan  anak  yang  semakin  besar.  Maka  diletakkanlah
                 bayi  itu  dalam  keranjang,  dan  dilarungkanlah  ia  ke  sungai
                 Nil. Namun disuruhlah kakak perempuan si bayi membuntuti
                 laju keranjang, demi menjaga agar putra kecil itu jangan mati.
                 Keranjang itu tersangkut pada serumpun semak papirus. Maka
                 putri  Firaun  yang  hendak  turun  mandi  menemukannya.  Ia
                 mengambil  keranjang  dan  menemukan  bayi  cantik  itu  me­
                 nangis. Ia terpukau pada kemolekannya. Ia iba pada kesendi­
                 riannya. Ia tahu bahwa bayi ini bayi Hibrani dan ayahnya sang
                 raja  Mesir  memerintahkan  agar  semua  bayi  dari  bangsa  itu
                 ditenggelamkan ke dasar sungai. Ia memilih untuk memelihara
                 bayi itu dan mengangkat dia sebagai putranya. Bayi itu dinamai
                 Musa, sebab katanya, “Karena aku telah mengangkatnya dari
                 air.”
                     Tapi  di  mataair  ketigabelas  ini  tak  tampak  ada  yang
                 mengintai, seorang utusan seperti peri cilik untuk memastikan
                 bahwa bayi selamat. Hanya ada pohon maja di antara pohon­
                 pohon  lain,  yang  buahnya  jatuh  beberapa.  Rasanya  manis,
                 bukan  pahit.  Majamanis.  Di  rantingnya  ada  seekor  burung
                 berlompatan. Serta seekor kera ekor panjang duduk mengintai.


                                                                        21
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234