Page 274 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 274
Rupanya, kecemasan Kupu timbul karena murid perem
puan yang ditunjuk memerankan Nyi Rara Kidul adalah putri
tercantik sekolah yang membuat ia berdebardebar. Sriti, nama
anak itu. Murid kelas empat. Ia memiliki rambut demikian
lebat yang tetap membikin jalinan tebal meski dikepang empat.
Riakriak pada tepi rambutnya bagaikan renda. Matanya be
ning telaga, dipagari bulu mata lentik. Bibirnya delima mere
kah, giginya biji mentimun, dagunya lebah bergantung, pipinya
pauh dilayang—begitu cara menggambarkan perempuan cantik
yang dipelajari Kupu di kelas Bahasa Indonesia, meskipun
ia tak tahu apa itu pauh dilayang atau delima rekah dan apa
bagusnya lebah bergantung.
Tentu saja ini kesempatan besar bagi Kupu untuk ber
kenalan lebih rapat dengan Sriti. Ia adalah Sultan Agung. Sriti
adalah Nyi Rara. Tapi, ibunya sering mendongeng tentang
orangorang yang hilang di pantai Selatan. Mereka memakai
baju hijau, warna yang disukai Nyi Rara Kidul. Mereka diambil
oleh Sang Ratu untuk menjadi pelayan di istana bawah laut.
Ia juga membaca beberapa majalah bekas yang dikirim dari
rumah Suhubudi. Di sana ada artikel tentang lukisan Ratu Laut
Selatan yang dipasang di kamar 308 Hotel Samudra Beach di
Pelabuhan Ratu. Begitu mengesankannya artikel itu hingga
Kupu bisa mengingat nama hotel dan lokasi yang tak pernah ia
kunjungi. Ia membaca nama pesanggrahan itu: Samudra Be
ach Hotel. Tulisan itu juga dilengkapi cerita tentang nasib para
model lukisan Basuki Abdullah. Ada yang mati terkena kanker
payudara. Kupu tak tahu apa itu kanker atau payudara. Tapi
dari bunyinya, tentulah sesuatu yang menakutkan. Kanker…
Payudara… Kanker dekat dengan angker. Payudara, payung
udara. Payung dari udara yang angker. Melayanglayang dari
langit, seperti uburubur, dan hinggap menghisap mereka yang
terkena kutuk. Bagaimana kalau hal yang menakutkan itu nanti
menimpa Sriti?
2