Page 270 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 270
yang bukan jantan bukan betina. Sebab, jika jantan mengapa
berpayudara, jika betina mengapa berjambul. Semar—ora
lanang ora wadon, ora ngadeg ora linggih, ora dunung orang
papan. Semar, yang juga datang dari masa purba orang Jawa.
Demikianlah, nyata sekali dalam serat ini, tentang orang
orang yang tidak menyukai Nyi Rara Kidul. Inilah penggerak
utama cerita. Agaknya, serat ini ditulis untuk menjawab per
soalan itu. Nyi Rara Kidul berduka karena tahu bahwa ada
orangorang yang membenci dia. Untuk menghibur hati istri
nya itulah, Kanjeng Sultan berangkat menuju tepi laut. Pada
batu yang dinamai Parang Kusuma Sang Ratu menjemputnya.
Sang Raja berjalan bergandengan tangan dengan Nyi Rara
Kidul menjelajah lautan seakan berjalan di darat.
Dikisahkan bahwa mereka bersatu padu. Lalu Nyi Rara
memberitahu bahwa usia Raja telah dekat. Karena itu, Nyi
Rara memohon agar Kanjeng Sultan meninggalkan Mataram
dan hidup bersamanya di sini, selamanya. Sampai hari kiamat
kelak.
Raja menolaknya dengan halus. Sebab, dia adalah manu
sia. Semua leluhurnya berada di Mataram. “Aku ini manusia.
Jin dan peri, setan dan iblis, tidak sama dengan manusia.”
Ketika inilah Sang Ratu menangis, menyesali keberadaan
dirinya yang bukan lagi manusia. Berkata Sang Ratu, “Aduh
Kakanda Sultan Mataram, hamba mohon dijadikan manusia
kembali. Paduka Raja yang Agung, yang berpandangan tajam
dan lagi sakti, serta terkenal di Tanah Jawa, kalau Paduka Raja
memang yang utama, yang meruwat segenap makhluk, tak
ada yang sulit. Bukankah Paduka telah diberi izin dari negeri
Mekah. Di Jawa tiada tandingan, bertakhta sebagai sultan yang
memerintah semua raja. Ruwatlah diri hamba. Hamba berasal
dari manusia.”
Sri Raja menjawab, “Duhai pujaanku, itu tidak boleh
dilakukan sebab sudah menjadi kehendak Tuhan. Tak ada yang
2 0