Page 275 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 275

Hari  itu  juga  mereka  berlatih  dengan  tambahan  adegan
                 baru.  Jati  yang  membikinkan  naskahnya,  sebab  dialah  yang
                 paling tahu cerita­cerita dalam Babad. Lagu pembuka adalah
                 variasi dari Kebogiro, gending perkawinan. Digambarkan da­
                 lam  adegan  pertama,  Sultan  berkunjung  ke  istana  Nyi  Rara.
                 Sang Ratu memberi nasihat tentang perang. Sang Ratu hadir
                 lagi  ketika  tentara  Mataram  hampir  kalah  setelah  ditembaki
                 tinja. Ratu Kidul muncul di ujung panggung yang berlawanan
                 dari posisi Sultan Agung. Ia bagai kekuatan spiritual Mataram.
                     Kupu  bahagia  sekali.  Wajahnya  merona­rona  sepanjang
                 latihan. Tapi, setelah latihan selesai dan Sriti menghilang dari
                 pandangan, kecemasan mulai menyergap dia lagi. Bagaimana
                 ia  bisa  yakin  bahwa  Sriti  tak  akan  terkena  tulah?  Sriti  telah
                 berani memerankan Penguasa Laut Selatan. Itu artinya, ia telah
                 berani menyamai Kanjeng Ratu. Sang Ratu tak mau diduakan.
                 Tak satu perempuan pun boleh menyamai dia. Bahkan Basuki
                 Abdullah  saja  memutuskan  untuk  tidak  memakai  model  lagi
                 bagi  lukisannya.  Kupu  merasa  lututnya  bergetar.  Tangannya
                 dingin.  Ia  tak  berjalan  ke  arah  pulang,  melainkan  menuju
                 laut di balik tebing­tebing gamping. Seekor alap­alap terbang
                 mengitari puncak Watugunung yang hitam.
                     Kupu tiba di pantai. Langkahnya terhenti. Ia menghadap
                 ke laut. Dari belakang ia tampak seperti bocah yang begitu kecil
                 di hadapan samudra. Ombak adalah tembok­tembok air yang
                 berlapis­lapis, bergerak bagai gergaji, akan menggilas siapapun
                 yang hendak menantang Sang Ratu di kedalaman sana. Anak
                 kecil  itu  tidak  hendak  menantang.  Anak  kecil  itu  hendak
                 memohon  belas  kasih.  Air  matanya  menitik.  Ia  memohon
                 agar Sang Ratu mengampuni kelancangan kekasihnya, jika itu
                 dianggap kelancangan.
                     “Ampunilah Sriti, ya Nyai. Bukan kemauannya menyamai
                 Engkau. Tapi sekolah kami memaksanya.”




                                                                        2
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280