Page 282 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 282
Nyi Manyar termenung menyadari waktu berjalan, selalu
begitu cepat bagi orang tua. Disimaknya kedua lelaki di kejauh
an itu. Mereka tiba di pundak Watugunung, di mana ada landai
dengan batu besar bagai meja persembahan. Ayah dan anak
itu tampak bercakapcakap. Lama. Cukup lama sehingga Nyi
Manyar hendak meninggalkan lubuk untuk menuju mataair
berikutnya.
Tepat ketika ia hendak berbalik badan, dilihatnya sang
ayah merengkuh si anak. Tubuh jejaka kecil itu tampak bergun
cang. Yang dewasa memeluknya erat. Nyi Manyar tak jadi ber
paling. Ia terpaku selama setengah jam lagi. Sebab lelaki tua itu
memeluk anak muda yang gemetar setengah jam lagi. Pemuda
itu menangis tersedusedu, Nyi Manyar tak meragukan lagi.
Tetapi apa yang menyebabkannya, ia tak tahu. Suhubudi tak
pernah menyembunyikan kenyataan bahwa Jati adalah anak
angkat. Bayi cantik yang ditemukan di mataair ketigabelas. Bayi
berjari selusin yang ia puja. Penyebab tangisan si jaka sekarang
pastilah bukan kenyataan tentang asalusulnya. Bahkan Nyi
Manyar yang peka tak bisa menemukan jawaban. Maka ia
tercenung di sana dan menemukan peristiwaperistiwa yang
tak saat itu juga ia mengerti.
Anak muda itu bangkit lalu berjalan ke tubir tebing. Ba
hunya masih bergetar. Rahang Nyi Manyar mengatup tegang.
Anak itu bagai hendak menerjunkan diri. Nyi Manyar menahan
napas. Jejaka itu kembali lagi ke hadapan ayahnya, yang
mengeluselus kepalanya beberapa menit lagi. Nyi Manyar
menghembus lega.
Setelah itu si anak menanggalkan pakaiannya satu per satu.
Nyi Manyar melihat bocah itu telanjang bulat. Selangkangan
nya telah gelap. Ayahnya membantu ia membaringkan diri pa
da batu datar meja persembahan. Lelaki tua itu mengambil tali
dari kantung tas yang mereka bawa lalu mengikat tangan dan
kaki putranya. Lelaki itu berdiri membelakangi pandangan.
2 2