Page 394 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 394

dengan morfologi Jawa. Ia inginkan Jawa yang juga Indonesia.
               Dengan  tata  pembentukan  kata  bahasa  Indonesia,  jadinya
               adalah  Kejawaan.  Tapi  nama  ini  agak  sulit  diucapkan.  Ia
               memperpendeknya menjadi Kejawan.
                   Mengapa  Jawa?  Ada  dua  alasan,  yang  rendah  hati  dan
               yang tinggi hati. Yang rendah hati: karena ia lahir di sana dan
               pengalaman intensnya terbatasi di sana. Ia tak bisa mendaku
               menjiwai kebudayaan lain. Jawa adalah keterbatasannya. Jawa
               adalah konteksnya. Jawa adalah semestanya. Yang tinggi hati:
               karena sejarah ribuan tahun sinkretisme di Tanah Jawa. Orang
               Jawa  dalam  sejarah  memiliki  kemampuan  luar  biasa  untuk
               menerima dan mengolah kembali pelbagai ajaran spiritual ke
               dalam jiwanya. Jiwa kejawaan. Jiwa Jawi. Sinkretisme adalah
               teksnya.
                   Ini adalah agama periferi. Ia tidak memiliki pusat. Sebab
               pusatnya  biarlah  pada  agama­agama  lama.  Aliran  baru  ini,
               yang  bersikap  terbuka  pada  sinkretisme,  selalu  berada  di
               pertemuan agama­agama tersebut. Ajaran­ajaran lama adalah
               seperti pusat­pusat gempa. Yang magnitudenya bergelombang
               ke sebelah luar. Aliran baru ini adalah pertemuan gelombang
               itu. Sebuah gerak yang menimbulkan solusi atau percampuran.
               Bukan benturan.
                   Tapi ini bukan kejawaan lama, melainkan kejawaan baru.
               Kejawan Anyar. Neo­Javanism. Perbedaan utamanya terletak
               pada daya kritisnya. Spiritualitas Jawa lama tidak merumuskan
               daya  kritis.  Spiritualitas  lama  tersedot  pada  rasa  dan  cipta
               tapi  mengabaikan  logika.  Menekankan  pada  inspirasi  tapi
               tidak  analisa  sama  sekali.  Spiritualitas  baru  ini  milik  orang­
               orang  yang  rasional  namun  sekaligus  kritis  pada  rasionya.
               Milik orang­orang yang telah mengenal modernisme tapi tidak
               tertelan dalam modernisme. Milik orang­orang postmodernis.
               Spiritualitas  baru  ini  percaya  bahwa  sangkan  paraning  du-
               madi,  jika  pun  ada,  selalu  tertunda.  Spiritualitas  baru  ini


            3
   389   390   391   392   393   394   395   396   397   398   399