Page 447 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 447
Yuda. Yang kamu maksud dengan sikap kritis itu sesungguhnya
sikap skeptis. Sikap sedia meragukan segala sesuatu. Tapi sikap
dalam “laku kritik” yang saya maksud adalah ini: percaya pada
sesuatu, bahkan percaya penuh sekalipun, seraya tahu dan
sedia bahwa sesuatu itu selalu tertunda. Kamu tak percaya
pada kebenaran. Bukan begitulah saya. Saya percaya pada
kebenaran, tapi saya tahu bahwa kebenaran itu tak akan
mewujud hari ini. Kamu skeptis. Tapi sikap yang saya maksud
adalah sejenis sikap spiritual yang kritis.
Dan panggullah kebenaran itu agar jangan ia jatuh ke
tanah dan menjelma hari ini. Sebab ia hanya akan menjelma
kekuasaan. Biarlah kebaikan saja yang menjelma hari ini.
Kutatap matanya ketika cahaya matahari mulai semburat
di balik awan pagi.
Ialah sikap percaya segala sesuatu, seraya sabar menang-
gung segala sesuatu. Agar jangan segala sesuatu itu menjadi
kekuasaan.
Aku tahu kata kuncinya adalah kekuasaan. Jika ada hal
yang dibenci Parang Jati di dunia ini, itulah kekuasaan. Dan se
jak hari tadi berganti—kau tahu bagi orang Jawa hari bersalin
di tempat gelap seperti ular—sesuatu baginya telah membukti
kan pada kami bahwa militer adalah perwujudan kekuasaan.
Tapi sesuatu pada diriku menolak untuk memutuskan
hubungan dengan para satria yang kukenal baik selama ini.
Di saat buntu demikian aku sungguh membutuhkan Marja
yang ringan hati bagai kapas. Marja yang ceria bagai buah
segar. Untuk mengimbangi aku yang skeptis dan Parang Jati
yang dalam. Marja yang kegembiraannya kanakkanak. Untuk
mengimbangi aku yang melecehkan banyak hal dan Parang
Jati yang memanggul banyak hal. Marja yang manusia. Untuk
berada di antara aku yang setan dan sahabatku yang malaikat.
Tapi Marja yang polos, anakanak, dan manusia tak bisa
tidak menangis ketika ia tahu apa yang terjadi semalam. Dalam
3