Page 450 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 450

telah  menyerahkan  sumbangan  untuk  membangun  kembali
               pos dan asrama polisi. Tapi urat syaraf para tamtama dan bin­
               tara di Sewugunung masih mencuat kencang. Di kedua pihak,
               mereka  masih  dalam  siaga  untuk  bertahan  maupun  menye­
               rang. Dalam suasana ekonomi dan politik yang masih labil ini,
               pion paling cemen pun bisa menjelma malaikat maut bagi per­
               wira tinggi. Prajurit istimewa seperti Karna dan Kumbakarna
               bukannya tidak mendengar bahwa telah ada satu dua kejadian
               di mana prajurit kroco yang frustasi menembak kolonel baru
               yang  menamparnya  akibat  kesalahan  kecil.  Ini  terjadi  di  da­
               lam  korps  yang  sama.  Prajurit  itu  tak  bisa  memakmurkan
               keluarganya dan telah bertahun­tahun ditempatkan di wilayah
               terpencil. Sang kolonel baru pulang dari luar negeri, berkulit
               bersih,  memakai  jam  tangan  dengan  berlian,  dan  semerbak
               parfum  yang  wanginya  sungguh  segar  dan  jantan.  Tangan
               berkulit halus dan mengilatkan kilau berlian itu menempeleng
               si  prajurit.  Sedetik  kemudian,  pemilik  tangan  itu  berlubang­
               lubang sebelum si prajurit menembak diri sendiri.
                   Aku  mendengar  bahwa  sesungguhnya  ada  korban  jiwa
               dalam tawuran antarsatuan waktu lalu. Aku tak tahu pasti. Aku
               tak pernah bertemu lagi dengan dua teman polisiku sejak kami
               lihat pos mereka kosong. Pos mereka masih belum diperbaiki
               sampai  sekarang.  Itu  cukup  menunjukkan  bahwa  persoalan
               belum selesai. Kini, kawanku Karna dan Kumbakarna datang
               dengan sedikit penyamaran.
                   Kedua satria itu hanya menetap dua malam sambil men­
               coba pemanjatan bersih. Pagi berikutnya aku mengantar me­
               reka  ke  bandara  Adisucipto  Yogyakarta  untuk  penerbangan
               pertama menengok keluarga sebelum libur selesai. Setelah itu
               kutelepon Parang Jati. Sekadar memberi tahu dia bahwa dua
               tentara itu telah pergi. Sahabatku menginap di rumah seorang
               dosen geologi­sastra UGM.




              0
   445   446   447   448   449   450   451   452   453   454   455