Page 454 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 454
gelombang yang makin lama makin pelan dan nada yang
makin lama makin rendah. Mantranya menghipnotis ke dasar
samudra.
Aku melihat lelaki itu mulai tenang. Nafasnya mulai stabil.
Dua orang yang memegangi tangannya di kanan dan kiri
perlahan melonggarkan tekanan.
Siapa namamu? Mbok Manyar bertanya dalam bahasa
Jawa.
Lelaki itu tidak menjawab. Matanya kosong. Kulihat ka
dang ia seperti tertawa.
Aku pernah melihat orang kesurupan. Beberapa kali.
Menurut pengalamanku itu terjadi selalu menjelang surup,
menjelang pergantian hari dalam konsep Jawa. Karena itu
orang Jawa menamainya kesurupan. Aku tak pernah melihat
orang yang kerasukan tertawa. Sejauh yang aku alami, mereka
berubah menjadi sosok lain. Mata mereka tidak berhenti di
tempat hampa di antara kau dan dia, melainkan menembus
jauh ke balik tubuhmu. Mereka tidak tertawa atau berwajah
senang. Orang yang kerasukan hampir selalu mengamuk. Tapi
mereka akan menjawab jika dukun bertanya siapa mereka.
“Menurut aku, hanya orang gila yang ketawa,” bisikku
pada Parang Jati.
Seseorang mengambil segelas air untuk Mbok Manyar.
Dukun itu membaca rapalan. Ia menghirup seteguk air dari
sana, lalu menyemburkannya ke wajah lelaki itu.
Tapi semburan itu membuat si lelaki menjadi histeris.
Bagai mendapat tenaga gaib kembali ia kibaskan tangannya
sehingga dua orang yang memegang di sana terpental. Lihatlah.
Lelaki itu seperti ular yang marah, kepalanya bangkit namun
kakinya rata tanah. Tibatiba ia berhasil meraih bahu Mbok
Manyar. Entah apa yang akan dilakukan lelaki itu, tapi sebelum
ia berhasil melakukannya, Parang Jati dan beberapa orang
segera menyelamatkan sang perempuan zirah tuaku.