Page 452 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 452
Sebuah keributan terjadi di Sewugunung ketika kami tiba.
“Ninjanya sudah ketangkap!” Kami mendengar seruan
itu. Sesungguhnya itu adalah momen yang menakutkan. Ter
utama jika kita mengingat cerita yang dilaporkan majalah
Time. Seseorang yang dituduh ninja diringkus dan dibantai.
Seseorang yang tak dikenal. Anak muda yang tampaknya
agak dungu. Ia barangkali tukang melamun dan pikirannya
sering tidak berada di tempat dia berada. Tak ada yang tahu
bagaimana ia bisa keluyuran sejauh itu. Kepalanya dipenggal,
disula, dan bersama tubuhnya diarak keliling desa. Jika kau
tak percaya, selidikilah sendiri. Kau juga bisa menemukan
gambar menyedihkan itu. Di Malang. Ya, itu terjadi di Malang.
Sungguh, dalam hal ini berbahagialah orang yang tidak melihat
namun percaya.
Pada saat itu aku tak begitu ingat berita tersebut. Aku
hanya mengenali bahaya dari gerak tubuh Parang Jati. Duduk
nya menjadi setegang tonggak. Rahangnya mengatup keras.
Kami mendengar bahwa orang itu sudah dibawa ke rumah
kepala desa. Sebab kantor polisi masih rusak. Parang Jati
menghembuskan nafas lega. Paling tidak, orang itu—siapapun
dia—cukup aman di rumah Pak Pontiman. Ikatan di antara
warga Sewugunung masih cukup solid sehingga main hakim
yang beringas tidak mudah dipantik. Parang Jati bersyukur
bahwa Pontiman Sutalip dan Suhubudi bukannya tidak men
jaga ikatan itu selama ini.
Mobil kubelokkan menuju tempat tinggal sang kepala de
sa. Rumah kue Hansel dan Gretel rasa arbei dan pala itu telah
dikerubuti semut. Ada yang ganjil kali ini. Selain kerumunan
semut hitam, terdapat juga sekelompok kutu putih. Pemuda
berjubah. Sebagian bersorban. Tetapi sebagian besar bertopi
bulu hitam kelabu seperti milik Pemuda Kupukupu. Hanya
saja tidak serimbun tudung kepala sang pemimpin. Pemuda K
yang kini telah bernama Farisi. Jumlah mereka kini jauh lebih
2