Page 453 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 453

banyak  daripada  yang  dulu  kulihat.  Farisi  telah  meluaskan
                 pengikutnya. Parang Jati tidak mengenali wajah orang­orang
                 itu.
                     Kami menyeruak masuk.
                     Di  tengah  ruangan  tampak  seorang  lelaki  yang  mengge­
                 ram­geram. Ia tidak terikat. Malahan ia melakukan gerakan­
                 gerakan seperti tarian silat. Orang­orang yang melingkari dia
                 mundur setiap kali ia menggertak. Beberapa jagoan kampung
                 yang  tidak  tahan  mengajukan  diri  untuk  meringkus  kembali
                 lelaki itu. Tapi, bagai memiliki tenaga dalam lelaki itu meronta
                 dan  membuat  tiga  pemuda  yang  meringkusnya  terjengat  ke
                 belakang.
                     Orang­orang  sepakat  bahwa  lelaki  itu  kerasukan  setan.
                 Ada yang berseru bahwa ia kerasukan ruh ninja. Seharusnya
                 ia  dibawa  ke  luar,  disiram  bensin,  dan  dibakar  hidup­hidup
                 sampai  hangus.  Tapi  tak  ada  yang  terpancing.  Aku  melihat
                 Parang  Jati  sungguh­sungguh  jelalatan  mencari  siapa  yang
                 mencoba menghasut keberingasan massa.
                     Di desa ini ada seorang dukun yang dikenal bisa menangani
                 kesurupan.  Dialah  Mbok  Manyar,  si  pawang  hujan  dan  juru
                 kunci mataair desa. Beberapa orang telah sejak tadi menjemput
                 perempuan tua itu. Kini Mbok Manyar telah tiba. Kerumunan
                 menyeruak  memberi  jalan  dan,  di  antara  jubah­jubah  yang
                 meminggirkan  diri,  tampaklah  wanita  itu.  Tubuhnya  kurus
                 kecil  namun  wajahnya  menyinarkan  wibawa.  Seperti  selalu,
                 padaku ia menampakkan sisi zirah dirinya. Wanita besi yang
                 dingin berkarat.
                     Lelaki  itu  telah  diringkus  kembali  oleh  empat  orang.
                 Tubuhnya  telungkup  pada  lantai.  Setiap  anggota  badannya
                 ditindih satu orang. Ia masih meracau. Mbok Manyar diantar
                 ke depannya. Perempuan itu lalu membaca mantra dan menga­
                 takan sesuatu padanya. Pria yang telungkup itu terus meracau.
                 Sang  perempuan  tua  membaca  mantra  lagi  dalam  sebuah


                                                                          3
   448   449   450   451   452   453   454   455   456   457   458