Page 451 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 451
“Bukan dosen geologisastra,” bantahnya. “Dosen sosio
logisastra.”
“O, gitu. Ngapain kamu sama orang sosiologisastra?”
“Merancang aksi bersama.”
“O, gitu. Aksi bersama untuk apa?”
“Untuk menyelamatkan Sewugunung.”
“O, gitu…” Ia, dengan strategi budayanya. Aku dengan
strategi militerku. Aku menghela nafas. “Kamu bawa mobil?”
Sesungguhnya aku kangen padanya.
“Naik sepeda.”
“Dari Sewugunung ke Yogya?” Pantesan gak ngelaju.
Ia mencoba sebisa mungkin mengurangi pakai kendaraan
bermotor. Apalagi jika pergi sendirian. Mengurangi polusi,
katanya. Tak pantas satu orang naik mobil atau motor sendi
rian. Tak sebanding dengan polusi dan pemborosan energi
yang diakibatkannya.
“Kujemput?” Landroverku bisa mengangkut kapal.
Aku heran bahwa aku rindu padanya. Terutama ketika aku
merasa ada yang salah dalam hubungan kami. Aku seperti ingin
memastikan bahwa kami baikbaik saja. Harus kuakui, aku
bahagia melihat dia lagi setelah tiga hari ini.
“Kapan Marja balik lagi ke sini?” Matanya bersinar bida
dari.
“Secepatnya dia bilang. Dia ada ujian.”
Dan kami berdua menyadari bahwa kami merindukan
Marja. Marja kami yang nakal lucu.
*
1