Page 52 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 52

Ada sedikit orang dan juru kunci desa sekitar yang masih
                 bercerita  bahwa  Watugunung,  yang  disebut  dalam  kitab  per­
                 tama  Babad  Tanah  Jawi  itu,  bertempat  di  sini.  “Di  gunung
                 batu yang kamu pasangi paku dan bor itu,” ia menyempatkan
                 diri  menambahkan  keterangan  khusus  ini.  Bagiku  itu  terasa
                 seperti  sindiran, tapi ia bersikap seolah  tak ada apa­apa dan
                 meneruskan cerita.
                     “Babad  itu  sendiri  menarik  jika  kita  melihatnya  dalam
                 hubungan antara Jawa dan Sunda, dua suku utama yang sama­
                 sama  menempati  pulau  Jawa.  Hubungan  bangsa  Jawa  dan
                 Sunda  memburuk  sejak  abad  ke­14.  Terutama  sejak  Perang
                 Bubat yang terjadi di pertengahan abad itu. Ketika itu ada dua
                 kerajaan besar di pulau Jawa. Kerajaan Pakuan Pajajaran bagi
                 bangsa  Sunda,  terletak  di  barat  pulau.  Kerajaan  Majapahit
                 bagi bangsa Jawa, berpusat ke timur pulau. Majapahit, negara
                 terbesar  di  Asia  Tenggara  pada  era  tersebut,  diperintah  oleh
                 Raja  Hayam  Wuruk  yang  memiliki  seorang  patih  bernama
                 Gajah  Mada.  Gajah  Mada  memiliki  ambisi  besar  untuk  me­
                 luaskan  wilayah  Majapahit  ke  seluruh  nusantara.  Tekad  lu­
                 hur  ini  dituangkan  dalam  sumpah  yang  disebut  Sumpah  Pa­
                 lapa—demikian pelajaran sejarah yang kita dengar di sekolah
                 dasar. Ia bersumpah untuk tidak mencicipi kenikmatan hidup
                 hingga  berhasil  menaklukkan nusantara di  bawah  kekuasaan
                 Majapahit.
                     “Dikisahkan,  Raja  Hayam  Wuruk  jatuh  cinta  pada  putri
                 Pajajaran Diah Pitaloka. Ia pun mengirim pinangan. Lamaran
                 diterima.  Tapi,  barangkali  atas  muslihat  Patih  Gajah  Mada,
                 pernikahan diadakan di Majapahit. Ini menyalahi tradisi yang
                 berlaku  hingga  kini  di  pulau  Jawa,  yaitu  bahwa  pernikah­
                 an  dilakukan  di  tempat  pengantin  putri.  Semula  kerajaan
                 Pajajaran  enggan.  Tapi,  oleh  pelbagai  bujukan  dan  anjuran,
                 rombongan  raja  Pajajaran  bersama  putri  Diah  Pitaloka  pun
                 berangkat ke Majapahit.


                                                                         3
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57